GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB IBU HAMIL MENOLAK BERHUBUNGAN SEKS
oleh : Rosmeri
br Bukit,
SKM.,M.Biomed
ABSTRAK
Kehamilan adalah suatu keadaan,
dimana janin yang dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali
dengan proses pembuahan, kemudian
diakhiri dengan proses persalinan. Untuk sebagian
besar wanita dan pasangannya, kehamilan membawa perubahan pada hubungan seksual
mereka, tetapi perubahan ini tidaklah sama untuk setiap orang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan
seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012.
Jenis penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan deskriptif. Penelitian dilakukan di BPS Yeni
Kusmiati Tahun 2012 pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini semua ibu hamil yang datang memeriksakan
kehamilannya ke BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru yang rata-rata kunjungan perbulan
55 orang. Sampel dalam penelitian ini ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
di BPS Yeni Kusmiati yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. dengan
jumlah 30 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik “Accidental Sampling”.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gambaran Faktor Penyebab Ibu Hamil
Menolak Berhubungan Seks yaitu mayoritas 27 orang (90 %) disebabkan kondisi
Fisik, 24 orang (80%) disebabkan oleh Mitos-mitos dan minoritas 16 orang (47%)
disebabkan oleh Kondisi Psikologis.
Kesimpulannya
adalah bahwa Faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks paling banyak
karena kondisi fisik, dan kondisi psikologis serta paling sedikit karena
mitos-mitos.
Kata Kunci : faktor penyebab ibu hamil menolak
berhubungan seks
Referensi : 25 referensi (2003-2012)
ABSTRACT
Pregnancy is an situation, where contained
foetus in woman body, which before him early with impregnation process, kemudia
terminated with copy process. To most woman and his/its couple, pregnancy bring
change at their sexual relation/link, but this is same change is not to each
and everyone. This research aim to to know Picture factor cause of pregnant
mother refuse to correlate seks in BPS Yeni Kusmiati Year 2012
Research type the used is quantitative and research device is descriptive. Research done/conducted
by in BPS Yeni Kusmiati Year 2012 in January up to June month;moon 2012.
Population in all these research of incoming pregnant mother check its
pregnancy to BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru which is month;moon visit mean 55
people. Sampel in this research of
pregnant mother which check its pregnancy in BPS Yeni Kusmiati readying
to become sampel in this research. with amount 30 people. Intake of sampel in
this research is done/conducted] with technique " Accidental
Sampling".
Result of research of Picture Factor Cause
Ms. Pregnancy Refuse To correlate Seks that is majority 27 people ( 90 %)
caused the condition of Physical, 24 people ( 80%) because of Myths and
minority 16 people ( 46.66%) because of Psychological Condition.]
Hence
can be concluded that Factor cause of pregnant mother refuse to correlate seks
at most because condition of physical, and psychological condition and also at
least because myths.
Keyword :
Factor Cause Ms. Pregnancy Refuse To correlate Seks
Reference : 25
reference ( 2003-2012 )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Begitu juga dengan wanita hamil berusaha untuk mempertahankan
keseimbangkan hidupnya untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dalam hidupnya. Jika kehamilan itu merupakan
peristiwa yang pertama kali,maka besar kemungkinannya bahwa calon ibu
mengembangkan mekanisme kepuasan dan kebanggaan, karena ia merasa mampu
menjalankan tugas dan kewajiban sebagai wanita normal dan sebagai penerus
generasi. Sekalipun seorang wanita berhasrat besar untuk menjadi ibu,dan cukup
realistis, disertai sikap hidup yang sehat terhadap diri sendiri dan orang
lain. Kehamilan merupakan satu ujian berat baginya, dan menimbulkan
ketakutan-ketakutan tertentu. Ketakutan itu antara lain berupa kerisauan yang
disebabkan oleh kelelahan dan kesakitan jasmaniah, jadi bingung,kecemasan
karena tidak mendapatkan dukungan emosional, mengembangkan reaksi-reaksi
kecemasan terhadap cerita dan takhayul yang mengerikan, atau takut akan keadaan
janinnya. Sehingga ibu hamil takut untuk melakukan aktivitas yang dianggap
membahayakan kehamilannya, salah satunya adalah aktivitas seksual (Apridawanti,
2004).
Kehamilan
adalah masa dengan banyak perubahan bagi sepasang suami-istri, tak terkecuali
dengan hubungan seksual. Pada masa ini banyak pasangan yang mengalami emosi dan
perasaan berbeda pada masa-masa itu,bahkan tak jarang menjadi labil sehingga
komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sejak masa
tersebut mulai. Berhubunga seks dimasa kehamilan memicu banyak pertanyaan
dibaliknya, meskipun secara medis berhubungan seks selama hamil bukan hal yang
keliru, namun hal tersebut dapat dicermati dengan memperoleh berbagai informasi
tentang bersenggama di masa kehamilan (Mckinley, 2006).
Beberapa
dokter kandungan di Amerika mengungkapkan bahwa bersenggama semakin nyaman jika
tanpa terhalang kehamilan, selain memberikan batasan-batasan serta larangan
selama periode tertentu, terutama jika ibu hamil pernah mengalami keguguran,
pernah mengalami kelahiran dini,infeksi dari masing-masing pasangan, kehadiran
janin lipat ganda, perdarahan selama hubungan tubuh, terasa sakit selama
hubungan badan, pecahnya air ketuban atau kebocoran cairan dari vagina
(v-Bulletin, 2007).
Hubungan
seksual saat kehamilan akan benar-benar menimbulkan banyak permasalahan bahkan
beresiko jika kehamilan sang istri termasuk kedalam kehamilan dengan kategori
resiko tinggi atau adanya indikasi terjadi komplikasi. Berhubungan seks
disarankan tidak dilakukan jika terindikasi dapat menyebabkan bahaya pada
kehamilan, hal ini biasanya disarankan bagi kasus seperti pernah mengalami
keguguran atau terindikasi ancaman keguguran, air ketuban sudah pecah, telah
terjadi pembukaan jalan lahir, riwayat kelahiran prematur, plasenta letak
rendah, serta pasangan yang menderita penyakit seks yang menular (Alena, 2011).
Perubahan
hormon juga mempengaruhi hasrat seksual selama hamil. Tiga bulan pertama
perempuan hamil biasanya bergairah walaupun rasa mual dan pusing sering
menyerang. Sedangkan tiga bulan selanjutnya sensasi baru akan terasa karena
adanya perubahan fisik tubuh. Kondisi fisik bisa saja mempengaruhi suasana hati
sehingga malah membungkam hasrat itu. Seperti pada triwulan pertama, walau
hormon membuat libido naik, tetapi rasa mual, muntah dan sakit kepala bisa saja
membekukan hasrat asmara. Baegitu bulan ketiga terlewati, umum nya libido
timbul kembali. Tubuh telah terbiasa dengan kondisi kehamilan. Kehamilan juga
belum terlalu besar hingga tidak terlalu memberatkan. Hasrat seksual bisa turun
kembali pada triwulan terakhir. Banyak ibu merasa sangat tidak nyaman,merasa
pegal dipunggung dan pinggul,dan nafas lebih sesak serta kembali merasa mual
(Adeline, 2009).
Hubungan
seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin dalam kandungan, karena
janin terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Ketuban merupakan peredam
kejut yang sangat baik sehingga aktivitas seksual ataupun kontraksi rahim pada
waktu orgasme akan teredam dan tidak mengganggu janin. Begitu pun ejakulasi
yang terjadi juga tidak akan membuat sperma menjangkau janin (Naviri, 2011).
Menurut
Llewelyn-jones (2005) bahwa jika kehamilan calon ibu normal serta tidak
mempunyai kecendrungan melahirkan prematur dan aborsi berulang, maka senggama
dapat dilanjutkan dengan frekuensi yang normal untuk pasangan tersebut.
Beberapa wanita lebih menginginkan senggama yang sering selama hamil, sementara
yang lain justru ingin mengurangi. Alasan berkurangnya minat seksual yang
dialami banyak wanita hamil khususnya dalam minggu-minggu terakhir kehamilan
tidak jelas.
Sebagian
wanita hamil merasa takut atau khawatir melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya, karena berfikir hal tersebut dapat mambahayakan janin dalam
kandungannya. Tidak sedikit pasangan yang khawatir bahwa melakukan hubungan
seks selama kehamilan bisa menyebabkan keguguran. Kemudian, selama ini ada
semacam anggapan bahwa orgasme dalam aktivitas seks dapat memicu kelahiran
prematur karena hal tersebut menimbulkan kontraksi rahim (Naviri, 2011).
Bagi
banyak wanita alasan utama yang membuat mereka merasa kurang menikmati hubungan
seks adalah perasaan bahwa tubuh menjadi lebih tidak atraktif bagi pasangan,
seiring berjalannya kehamilan. Beberapa wanita menjadi malu dan defensif akan
kehamilan mereka, merasa femininitas mereka telah lenyap dan menjadi malu di
lihat saat telanjang (Miriam, 2009).
Ditambahkan
bahwa ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan
sebaliknya. Perasaan yang berbeda-beda ini di pengaruhi oleh faktor-faktor
fisik, emosi dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama hamil,
masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita (Bobak, 2005).
Data
dari Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru Periode Januari-April Tahun 2012, BPS
Yeni Kusmiati merupakan BPS yang memiliki kunjungan ibu hamil terbanyak. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti di BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru. Jumlah
kunjungan ibu hamil di BPS Yeni Kusmiati dari bulan Januari sampai April Tahun
2012 adalah 220 orang.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penulis mengambil
permasalahan dalam penelitian yaitu ”Bagaimanakah gambaran faktor penyebab ibu
hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012?“.
1.3. Tujuan
Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS
Yeni Kusmiati Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan
Khusus
1.3.2.1. Untuk
mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS
Yeni Kusmiati Tahun 2012 berdasarkan kondisi fisik.
1.3.2.2. Untuk
mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS
Yeni Kusmiati Tahun 2012 berdasarkan kondisi psikologis.
1.3.2.3. Untuk
mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS
Yeni Kusmiati Tahun 2012 berdasarkan mitos-mitos yang di anut oleh ibu.
1.4. Manfaat
Penelitian
1.4.1. Bagi
Peneliti
Diharapkan
hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan seks selama kehamilan.
1.4.2. Bagi Pengembangan
ilmu Pengetahuan
Penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan khususnya mengenai factor penyebab ibu hamil menolak
berhubungan seks saat hamil
1.4.3. Bagi tempat
Penelitian
Diharapkan dapat
dijadikan masukan dalam upaya peningkatan penyuluhan kesehatan terhadap ibu-ibu
hamil yang ada di BPS tersebut.
.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAK
2.1. Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan
adalah suatu keadaan, dimana janin yang dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelum nya diawali dengan proses pembuahan, kemudia diakhiri dengan proses
persalinan (Yohana, 2011).
Menurut
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefenisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantas. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2008).
2.1.2. Tahap Kehamilan
Tiga
tahapan kehamilan yang sering kali kita sebut sebagai trimester. Berikut yang
terjadi pada anda dan janin dalam setiap tahap.
1.
Trimester
Pertama (Minggu ke 1-12)
Pada
tahap pertama ini, tubuh akan mengalami banyak perubahan, terutama perubahan
hormonal. Perubahan ini mempengaruhi hampir semua sistem organ dalam tubuh,
beberapa perubahan yang terjadi pada ibu adalah cepat lelah, payudara membesar
dan putting menonjol kadang terasa sakit, ngidam atau malah membenci suatu
makanan tertentu, morning sickness (mual dan muntah di pagi hari, sakit kepala,
sembelit,sakit gigi, lebih sering buang air kecil, perut terasa panas
(heartburn), dan sering kehilangan mood (Mahardika, 2011).
2.
Trimester
Kedua (Minggu ke 13-28)
Kebanyakan
para wanita mengakui bahwa mereka menjalani trimester kedua nya dengan lebih
mudah dari pada trimester pertama, morning sickness yang melelahkan sudah
berlalu, mereka mulai mood untuk makan, dan dapat beraktivitas kembali.
Perubahan yang lain akan terjadi pada tahap ini.
Perut
akan semakin membesar karena janin mulai tubuh, akan merasakan janin mulai
bergerak-gerak,badan sakit dan pegal-pegal, adanya stretch mark pada perut,
paha, pantat atau dada, daerah disekitar putting payudara (areola) menjadi
lebih gelap warnanya, muncul garis samar dari pusar kearah kemaluan, sering
kesemutan, kulit wajah lebih gelap, sering disebut topeng kehamilan, gatal pada
perut,telapak tangan dan telapak kaki, pembengkakan pada pergelangan kaki,jari
dan wajah (Mahardika, 2011).
3.
Trimester
ketiga (Minggu ke 29-40)
Tahap terakhir
ini mungkin menjadi tahap yang paling menentukan untuk proses persalinan.
Sebisa mungkin pada tahap ini ibu berada dirumah. Hal tersebut karena perubahan
dalam diri semakin besar. Sesak nafas, lebih sering kekamar mandi, heartburn,
pembengkakan pergelangan kaki,jari,dan wajah, wasir, tender payudara, sering
terjadi kebocoran kolostrum (cairan pra ASI), sulit tidur, pergerakan yang
lebih sering dari janin, dan kontraksi (Mahardika, 2011).
2.2. Hubungan Seksual
2.2.1. Defenisi
Hubungan
seksual adalah tindakan sanggama
yang dilakukan oleh manusia. Akan tetapi dalam arti yang lebih luas juga merujuk
pada tindakan-tindakan lain yang sehubungan atau menggantikan tindakan
sanggama, jadi lebih dari sekedar merujuk pada pertemuan antar alat kelamin
lelaki dan perempuan (Wikipedia, 2012). Selain itu, menurut Kamus Besar
Indonesia (2003), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan
antara laki-laki dan perempuan.
2.2.2. Fisiologis Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap
pasangan suami-istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat
hamil. Ketika melakuan senggama, wanita akan melalui pola seksual. Pola siklus
respon seksual pada wanita terjadi dalam empat fase, antara lain :
1.
Fase Eksitasi.
Fase ini dimulai dari rangsangan fisik dan atau psikologis yang
berlangsung beberapa menit atau jam. Terjadi “flush” pada dada sehingga puting
payudara menegang dan payudara membesar. Rahim terangkat dan mulai terjadi
proses lubrikasi/pelumasan vagina. Klitoris membengkak, terjadi peningkatan
tekanan darah serta denyut nadi, dan sebagian besar otot tubuh menegang (Medical, 2011).
2.
Fase Plateau.
Pada fase ini, payudara semakin tegang, klitoris terangkat serta lebih
menonjol, terjadi pengeluaran cairan dari kelenjar-kelenjar sekitar vagina,
terjadi perubahan posisi rahim untuk memudahkan jalannya sperma. Tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan, dan ketegangan otot semakin memuncak (Medical, 2011).
3.
Fase Orgasme.
Selama fase ini terjadi pelepasan ketegangan seksual yang dapat terjadi
karena rangsangan fisik atau tidak. Terjadi kontraksi klitoris, vagina, dan
bagian bawah perut serta otot anus. Kontraksi awal sifatnya sangat kuat dengan
jeda waktu yang sangat singkat, biasa disebut “denyut pinggul”, peningkatan
tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan mencapai puncaknya dan
biasanya disertai dengan lemasnya otot-otot tubuh. Wanita dapat mengalami
orgasme ganda sebelum mencapai tahap selanjutnya (Medical, 2011).
4. Fase resolusi.
Pada fase ini ukuran payudara dan puting susu serta vagina, klitoris,
dan rahim kembali normal. Sex flush menghilang dan nilai tekanan darah, nadi,
dan pernafasan kembali normal
(Medical, 2011).
2.2.3. Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Untuk sebagian
besar wanita dan pasangannya, kehamilan membawa perubahan pada hubungan seksual
mereka, tetapi perubahan ini tidaklah sama untuk setiap orang (Simkin, 2007).
Hal ini disebabkan oleh adanya
peninggian hormon seks yang amat besar yang mulai bersirkulasi sepanjang tubuh
sejak masa konsepsi (pembuahan).
Hormon-hormon ini juga menyebabkan rambut lebih bercahaya, kulit berkilat, dan
menimbulkan perasaan sensual. Aliran darah akan meningkat terutama sekitar
daerah panggul dan menyebabkan alat kelamin lebih sensitif sehingga
meningkatkan gairah seksual
(Stoppard, 2009).
Selama tidak ada larangan dari dokter
kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko, pasangan suami-istri dapat melakukan
hubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan
seksual pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun
kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan (Lee, 2009).
Seperti yang dikemukakan oleh Ningsih (2007),
tidak sedikit wanita hamil justru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar bisaa
dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat
mencapai orgasme multiple dengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena
hormon wanita dan hormon kehamilan mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan
perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi) menjadi
lebih sensitif dan responsif.
Berbaring atau terlentang adalah posisi
yang harus
dihindari oleh ibu hamil, karena hal ini dapat membuat vena rahim menekan vena
besar, jadi posisi misionaris dimana pria berada diatas tubuh wanita, tidak
lagi menjadi posisi yang ideal bagi ibu hamil. Yang paling penting dari posisi
berhubungan seks adalah jangan meletakkan berat badan pria ke perut ibu hamil
atau batasilah tekanan-tekanan pada perut ibu hamil.
Adapun beberapa posisi yang dapat dilakukan
saat berhubungan seks dengan
ibu hamil:
1.
Posisi
ibu hamil di atas
Posisi
ini merupakn posisi yang paling baik digunakan oleh ibu hamil, karena dalam
posisi ini ibu hamil dapat mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi (Mahardika,
2011).
2.
Posisi
berbaring miring
Posisi
berbaring miring berhadapan mungkin dapat dilakukan saat pertengahan kehamilan
ketika perut belum terlalu besar. Namun jika, perut ibu hamil sudah mulai
membesar, posisi miring ini dapat dilakukan dengan posisi suami brada
dibelakang ibu hamil (Mahardika, 2011).
3.
Posisi
ibu hamil berlutut
Ibu
hamil berlutut dan dibantu dengan meletakkan bantal dibawah perutnya dengan
tujuan mengganjal, dan suami dapat melakukan penetrasi dari belakang
(Mahardika, 2011).
4.
Posisi
ibu hamil duduk
Posisi
ini juga memungkinkan ibu hamil mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi.
Posisi ini biasanya dilakukan pada kehamilan pertengahan ketika tidak
memerlukan banyak gerakan. Suami duduk dan ibu hamil duduk diatasnya saling
berhadapan, atau jiaka kehamilan sudah membesar, ibu hamil bisa duduk sambil
membelakangi suami (Mahardika, 2011).
Karena
melakukan aktivitas seksual selama kehamialan bukanlah masalah. Sepanjang
kehamilan berjalan sehat dan normal, maka aktivitas seksual tidak berbahaya.
Sebaliknya, jika kehamilan mengalami masalah tertentu, maka perlu kehati-hatian
dalam masalah yang satu ini.
Berikut
ini beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anda dan pasangan sebaiknya tidak
melakukan hubungan seksual selama kehamilan:
1. Plasenta
previa
Kondisi dimana
plasenta baik sebagian atau seluruhnya berada dibagian bawah rahim, dan
menutupi jalan lahir janin. Normalnya, plasenta terletak diatas rahim. Apabila
penetrasi menekan mulut rahim, maka dikhawatirkan akan terjadi pendarahan
(Naviri, 2011).
2. Apabila
diduga mengalami kelahiran prematur
Dimana si ibu
hamil mulai mengalami kontraksi regular sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu, yang menyebabkan mulut rahim mulai terbuka. Meski orgasme yang terjadi
pada kehamilan normal tidak menimbulkan masalah, tapi orgasme dalam kondisi ini
memiliki resiko melahirkan prematur (Naviri, 2011).
3. Terjadinya
perdarahan yang dapat dihubungkan dengan tanda-tanda keguguran.
Hubungan seksual
sebaiknya dihindari apabila ada kasus perdarahan, kecuali dokter mengatakan
bahwa flek atau perdarahan tersebut adalah gejala normal yang kadang terjadi
(berhubungan dengan usia kehamilan, kondisi janin, volume flek, juga kondisi
ibu hamil itu sendiri) (Naviri, 2011).
4. Cervik
yang lemah
Apabila cervik
atau mulut rahim mulai membuka secara prematur, maka hubungan seks dapat
meningkatkan resiko infeksi (Naviri, 2011).
5. Hamil
kembar
Apabila
mengandung janin kembar, maka dokter atau bidan mungkin akan menganjurkan untuk
tidak berhubungan seksual pada waktu kehamilan memasuki trimester ketiga
(Naviri, 2011).
2.3. Faktor Penyebab Ibu Hamil Menolak
Berhubungan Seks
2.3.1. Kondisi Fisik
Menurut
Suryoprajogo (2008), terjadi perubahan-perubahan pada ibu hamil yaitu :
A. Trimester
Pertama
a. Kondisi
Fisik dan Emosional Calon Ibu
Pada trimester pertama, kemungkinan akan mengalami
beberapa gejala di bawah ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua calon
ibu merasakan gejala yang sama. Ada yang mengalami seluruh gejala tetapi ada
juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala tetapi ada juga yang sama
sekali tidak merasakan satu gejala pun.
Kehamilan setiap wanita berbeda dan memiliki
karakteristik masing-masing sesuai dengan kondisi sebelum kehamilan.
1. Mual,
dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam atau sepanjang hari.
2. Produksi
air ludah meningkat.
3. Tubuh
mudah lelah dan mengantuk.
4. Payudara
membengkak, puting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba.
5. Mulut
terasa pahit.
6. Sering
buang air kecil.
7. Perut
terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan.
8. Menginginkan
atau menolak makanan tertentu (ngidam).
9. Sembelit
10. Sakit
kepala atau pusing.
11. Mengalami
perasaan tidak biasa, seperti tidak suka melihat suami, sensitif pada bau-bauan
tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dan lain-lain.
12. Suasana
hati cepat berubah, kadang gembira, kadang cenderung cengeng. m). Sering merasa
cemas terhadap kehamilan, misalnya takut keguguran, takut janin terluka, dan
lain-lain.
b. Efek
Terhadap Berhubungan Seksual
Meskipun
terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing pasangan, pola ketertarikan
seksual pada trimester pertama kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks.
Survei mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada trimester
pertama. Semua gejala yang dialami calon ibu pada trimester pertama membuatnya
merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami.
Rasa mual
membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk berhubungan
seks. Mulut yang pahit membuat calon ibu tidak ingin berciuman dengan pasangan.
Selain itu, payudara yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu
enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah, sensitive terhadap bau-bauan dan rasa
benci terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau tidur sekamar apalagi
berhubungan seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor
utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang.
Akan tetapi,
pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual
yang muncul kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum
kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat
signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan
oleh hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan
payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan.
Pada saat ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat
terjadi.
B. Trimester
Kedua
a. Kondisi
Fisik dan Emosional Calon Ibu
Beberapa
gejala yang umumnya dirasakan oleh calon ibu pada trimester kedua di antaranya
:
1.
Pergerakan janin yang mulai terasa
2.
Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan
perlahan menghilang.
3.
Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu,
encer, dan tidak berbau yang lazim disebut leukorhea. Ini normal terjadi
karena adanya peningkatan hormon selama kehamilan.
4.
Nafsu
makan mulai meningkat.
5.
Payudara tidak lagi nyeri.
6.
Produksi
hormon progesteron meningkat.
7.
Pinggul dan payudara lebih berisi berkat hormon kehamilan
dan pertambahan berat badan. Areola dan puting susu berwarna lebih
gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan bercahaya.
8.
Suasana
hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif dan suasana hati masih
mudah berubah.
9.
Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya.
b. Efek
Terhadap Berhubungan Seksual
Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya
mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan
psikologi Anda dan pasangan sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai
perubahan yang terjadi karena kehamilan.
Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa
dengan kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan lebih
leluasa daripada kondisi kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan
segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih
nyaman. Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta
memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik
dari trimester pertama membuat gairah lebih meningkat.
Pada trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih
menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan
volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan
organ kelamin. Anda pun akan lebih mudah mengalami orgasme. Seperti pada
beberapa wanita yang sudah mengalaminya pada trimester pertama, umumnya pada
trimester kedua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan
klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif.
Akan tetapi, banyaknya aliran darah ke vagina juga
menyebabkan perubahan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang memudahkan
penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit mempertahankan
ereksi. Bagi para suami, di masa ini pasangan mereka terlihat lebih menarik
dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri yang meningkat membuat calon ibu
terlihat lebih cantik, ditunjang dengan kulit dan rambut yang semakin bercahaya
karena pengaruh hormon kehamilan.
Namun, ada juga suami yang mengalami penurunan gairah
karena khawatir berhubungan intim dapat mengganggu kesehatan ibu hamil atau
janin, perasaan cemas bakal segera menjadi ayah, atau bahkan perasaan tidak
enak karena merasa si janin menyaksikan acara bercinta tersebut.
c. Trimester
Ketiga
a. Kondisi
Fisik dan Emosional Calon Ibu
Mendekati masa persalinan, kemungkinan ibu hamil masih akan
mengalami berbagai gejala seperti trimester sebelumnya. Akan tetapi, saat ini
akan lebih terfokus pada tanda-tanda lain yang berkaitan dengan persalinan.
Bayangan akan hadirnya makhluk mungil dalam pelukan akan mengaburkan gejala
yang biasanya masih dirasakan pada trimester terakhir ini.
Berikut ini merupakan gejala yang pada umumnya dirasakan pada
penghujung kehamilan. Gejala pada setiap wanita berbeda sesuai dengan kondisi
masing-masing.
1.
Gerakan janin jauh lebih kuat dibanding
sebelumnya, sering kali lebih aktif di malam hari.
2.
Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah
sembab.
3.
Semakin mudah lelah dan napas pendek.
4.
Kram
kaki, terutama di malam hari.
5.
Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol.
6.
Kemungkinan mengalami varises.
7. Kelenjar
susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang.
8. Sering buang air kecil.
9. Kadang
kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions).
10. Sulit
tidur
b. Efek
Terhadap Berhubungan Seksual
Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali
menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester
pertama. Perut yang kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman saat
berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan
pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya
janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan
menurunnya minat seksual.
Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah sembap
membuat calon ibu merasa tidak enak dipandang lagi di mata pasangan. Perasaan
itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal
itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan
janin. Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan
kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Secara medis, sebenarnya
tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit,
dengan kata lain, kehamilan sedang dalam kondisi yang sehat.
Namun demikian, satu hal yang wajar pula apabila saat ini
frekuensi bercinta tidak sesering pada trimester kedua. Hubungan seks sebaiknya
lebih diutamakan untuk menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik
karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita
hamil yang diakibatkan karena orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya
sekira 30 menit hingga terasa tidak nyaman.
Jika kontraksi
berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada ada indikasi
lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai, sebaiknya kunjungi
dokter segera. Menurun atau meningkatnya keinginan untuk berhubungan seksual
dengan pasangan di masa ini bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan karena hal
penting yang perlu disadari ialah bahwa antara masa pembuahan dan kelahiran,
bercinta bisa menjadi dimensi yang baru dan sangat menyenangkan (Suryoprajogo,
2008).
2.3.2. Kondisi Psikologis
2.3.2.1. Takut
menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan
seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari bantalan
amnion dan rahim.
2.3.2.2. Takut
bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini.
Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda
persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang
kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi
terhadap keguguran dan kelahiran premature.
2.3.2.3. Takut
terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak
memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin
melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh.
Untuk pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama
hubungan seksual.
2.3.2.4. Kecemasan
akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami
perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran
tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya
emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan
mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.
2.3.2.5. Kemarahan
yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya
sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karena wanita merasa bahwa
dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan
komplikasi).
2.3.2.6. Takut
menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. Pada
sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama
kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu
dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi
dalam.
2.3.2.7. Anggapan
bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan
dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan
semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka
kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan
meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan
hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter
menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko
kelahiran premature. (Eisenberg, 2006 ).
2.3.3. Mitos-Mitos
Menurut Pangkahila (2007), banyak mitos tentang seks dan kehamilan yang beredar luas di
masyarakat, dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka
perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai
dengan mitos itu.
1.
Harus Sering
Salah satu mitos yang beredar luas di masyarakat ialah hubungan seksual
harus sering dilakukan selama masa hamil, agar bayi di dalam rahim dapat
bertumbuh subur dan sehat.
Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat.
Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat.
Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak ada hubungan
lagi antara sperma dengan bayi yang ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula
antara sperma dan pertumbuhan bayi. Artinya, kalau selama hamil melakukan hubungan
seksual, maka sel
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk selama kehamilan. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk selama kehamilan. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
2.
Posisi Kanan dan Kiri
Menurut Suryoprajogo (2009), mitos yang lain mengaitkan posisi hubungan
seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Konon kalau posisi pria
ketika melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah
kanan, maka bayi laki-laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan
seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan
yang akan dilahirkan.
Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional, karena jenis
kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi pria ketika berhubungan seksual.
Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang berhasil membuahi
sel telur.
Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel telur,
maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan kromosom Y yang
membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi ternyata tidak
sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.
3.
Boleh-Tidaknya Berhubungan
Anggapan lain yang juga salah tetapi beredar luas di masyarakat ialah
bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan agar tidak mengganggu perkembangan
bayi. Anggapan ini tidak benar, karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual
pasti mengganggu perkembangan bayi.
Sebaliknya ada anggapan lain yang menyatakan bahwa hubungan seksual
tidak menimbulkan akibat apa pun terhadap kehamilan, sehingga boleh saja
dilakukan seperti sebelumnya. Anggapan ini juga tidak selalu benar, tergantung
kondisi kehamilannya (Suryoprajogo, 2009).
4.
Berhubungan Seks Saat Hamil Bisa Menyakiti Janin Dan Membuat
Janin Kotor Terkena Sperma.
Hubungan seks saat hamil tidak akan
menyakiti dan tidak akan membahayakan janin. FYI (For Your
Information) : di dalam perut terdapat 7 lapisan perut, rahim, ketuban dan air
ketuban. Sehingga janin terlindungi dari guncangan (Blogspot, 2012).
5.
Wanita
hamil muda dilarang melakukan hubungan intim
Hal ini untuk menghindari kontak tubuh yang
mengakibatkan guncangan pada rahim yang bisa mengakibatkan keguguran. Ada
baiknya terutama bila aktivitas tersebut membuat sang ibu merasa tidak nyaman
atau sakit. Terutama bila si isteri di tindih oleh suami (Blogspot, 2012).
6.
Hubungan seks waktu hamil membuat keguguran
Tidak ada larangan untuk melakukan hubungan seks pada waktu hamil.
Aktivitas ini tidak terlalu mengganggu, selama tidak ada kelainan selama hamil
dan Si Ibu juga menikmati hubungan seks yang dilakukan dengan suami (Blogspot, 2012).
Yang tidak dianjurkan adalah hubungan seks yang terlalu bersemangat
sampai tidak menyadari kalau ibu hamil mulai kesakitan, misalnya karena tekanan
yang terlalu berlebihan. Hal ini sering terjadi pada kehamilan trimester
pertama, dimana kondisi kehamilan belum cukup kuat menempel di rahim. Sangat
disarankan melakukan hubungan seks atas keinginan istri dan dilakukan dengan
posisi istri di atas, sehingga istri mudah mengontrol apabila sewaktu-waktu
timbul rasa kurang nyaman di perut
(Blogspot, 2012).
2.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep
merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi
dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep-konsep
yang akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian (Saryono,
2010).
Gambaran faktor
penyebab ibu menolak berhubungan seks
a.
Kondisi
fisik ibu hamil
b.
Psikologis
ibu hamil
c.
Mitos
yang di anut ibu hamil
|
Skema 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif dan
rancangan penelitian ini adalah deskriptif
yaitu dengan menggambarkan faktor penyebab
ibu
hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni
Kusmiati Pekanbaru Tahun 2012.
3.2. Lokasi dan
waktu penelitian
3.2.1. Lokasi
Penelitian
Penelitian akan dilakukan di BPS Yeni Kusmiati
Pekanbaru.
3.2.2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian
akan dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai dengan selesai.
3.3. Populasi,
Sampel dan Sampling
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah
generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini
semua ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke BPS Yeni Kusmiati
Pekanbaru yang rata-rata kunjungan perbulan 55 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari
populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono, 2010). Adapun besar sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sampel minimal yang berjumlah 30 orang ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya di BPS Yeni Kusmiati yang bersedia menjadi
sampel dalam penelitian ini. Alasan menggunakan sampel 30 orang karena sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel minimal. Mengenai angka 30
dalam ilmu statistik dianggap sebagai batasan jumlah angka sedikit (Nursalam,
2003).
3.3.3. Sampling
Sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat penyebaran
populasi agar diperoleh sampel yang representatif (Saryono, 2010). Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik “Accidental Sampling”, yaitu yang dilakukan dengan mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia pada saat dilakukan penelitian
(Notoatmodjo, 2005). Alasan menggunakan teknik Accidental Sampling karena
mengingat waktu penelitian yang sangat singkat.
Yang menjadi kriteria umum
sampel dalam penelitian ini adalah :
1.
Bersedia menjadi
responden
2.
Bisa membaca dan
menulis
3.
Ibu-ibu yang
sedang hamil
3.4. Variabel
Penelitian
Variabel dalam penelitian
ini adalah Gambaran Faktor Penyebab Ibu Hamil Menolak Berhubungan Seks dengan Sub Variabel Kondisi fisik ibu hamil, Kondisi psikologis ibu hamil,
dan Mitos yang di anut ibu hamil.
3.5. Defenisi
Operasional
Tabel 3.1
Definisi
Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Alat Ukur
|
Skala Ukur
|
Hasil Ukur
|
1
|
Kondisi fisik ibu hamil
|
Perubahan-perubahan fisik yang dialami ibu selama hamil di
lihat dari kondisi tubuh dan bentuk fisik tubuh
Pada trimester 1,2,3.
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Ya
Tidak
|
2
|
Psikologis ibu hamil
|
Cara berfikir ibu hamil yang bersifat secara kejiwaan dan
emosional berhubungan dengan melakukan seks selama kehamilan.
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Ya
Tidak
|
3
|
Mitos
|
Suatu asumsi atau persepsi yang dianut dan dijalani oleh ibu
selama hamil dalam melakukan hubungan seks
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
Tidak percaya
percaya
|
3.6 Analisa Data
Dalam analisa data peneliti
menggunakan analisis univariat yaitu
analisa data yang dilakukan hanya melihat hasil perhitungan frekuensi
persentase hasil dari penelitian yang dapat digunakan sebagai tolak ukur
pembahasan. Diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P =
|
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang sesuai
N
= Jumlah seluruh responden
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
Hasil penelitian
mengenai Gambaran Faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS
Yeni Kusmiati tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
4.2.1
Kondisi Fisik
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik yang
Menyebabkan Ibu hamil menolak
berhubungan seks
di BPS Yeni Kusmiati tahun 2012
Kondisi Fisik
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Ya
|
3
|
10
|
Tidak
|
27
|
90
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Hasil penyebaran koesioner,2012.
Pada tabel 4.1 terlihat
bahwa dari 30 responden mayoritas berdasarkan kondisi Fisik yang menolak
berhubungan seks yaitu sebanyak 27 orang (90%).
4.2.2
Kondisi Psikologis
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Psikologis yang
menyebabkan ibu hamil menolak berhubungan seks
di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012
Kondisi Psikologis
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Ya
|
14
|
47
|
Tidak
|
16
|
53
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Hasil penyebaran koesioner,2012.
Pada tabel 4.2 terlihat
bahwa dari 30 responden mayoritas berdasarkan Kondisi Psikologis menolak
melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 16 orang (47%).
4.2.3
Mitos-mitos
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mitos-mitos yang menyebabkan
ibu hamil menolak berhubungan seks
di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012
Mitos-mitos
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Tidak
percaya
|
6
|
20
|
Percaya
|
24
|
80
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Hasil penyebaran koesioner,2012.
Pada tabel 4.3 terlihat
bahwa dari 30 responden mayoritas berdasarkan Mitos-mitos yang menolak
berhubungan seks yaitu sebanyak 24 orang (80%).
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
yang peneliti dapatkan, maka data yang diperoleh tersebut peneliti bahas
berdasarkan sub variabel.
4.3.1 Kondisi
Fisik
Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh distribusi frekuensi Kondisi Fisik yaitu dari 30 responden
mayoritas karena Kondisi Fisik Ibu Hamil Menolak Berhubungan seks sebanyak 27
orang (90%).
Pada trimester pertama rasa
mual membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk
berhubungan seks. Mulut yang pahit membuat calon ibu tidak ingin berciuman
dengan pasangan. Selain itu, payudara yang membengkak dan terasa nyeri jika
disentuh membuat ibu enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah, sensitive
terhadap bau-bauan dan rasa benci terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau
tidur sekamar apalagi berhubungan seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga
menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan
menghilang.
Menurut
Suryoprajogo (2008), Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari
masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama
kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks. Survei mengatakan bahwa 54%
wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Semua gejala yang
dialami calon ibu pada trimester pertama membuatnya merasa seolah bukan
pasangan ideal bagi suami.
Meski
tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada
trimester kedua,Pada masa ini, secara fisik dan psikologi sudah lebih dapat
menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan.
Tubuh
calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan
membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada kondisi
kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan segala rasa tidak enak
biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Selain itu, pada
masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta memberatkan seperti pada
trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester pertama
membuat gairah lebih meningkat.
Pada
trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan
meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih
banyak darah yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Anda pun akan lebih
mudah mengalami orgasme. Seperti pada beberapa wanita yang sudah
mengalaminya pada trimester pertama, umumnya pada trimester kedua ini sebagian
besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris sehingga
ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif.
Pada
trimester III kehamilan adalah saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat
libido kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat
trimester pertama. Perut yang kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman
saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan
pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya
janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan
menurunnya minat seksual
.
4.3.2 Kondisi
Psikologis
Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh distribusi frekuensi kondisi Psikologis dari 30 responden yaitu
mayoritas karena Kondisi Psikologis Ibu Hamil Menolak Berhubungan seks sebanyak
16 orang (53%).
Kebanyakan ibu hamil tidak
melakukan hubungan seks karena takut menyakiti janin, takut terjadi infeksi,
takut bahwa orgasme merangsang keguguran.
Kecemasan akan peristiwa persalinan yang
akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk
dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan
perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak,
semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus
dibicarakan secara terbuka Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah
terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian
ataupun sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung
penderitaan selama kehamilan terutama jika ditemukan komplikasi (Eisenberg,
2006).
Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu
terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang
disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua
4.3.3 Mitos-mitos
Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh distribusi frekuensi Mitos-mitos yaitu dari 30 responden
mayoritas karena Mitos-mitos Ibu Hamil Menolak Berhubungan seks sebanyak 24
orang (80%).
Banyak
mitos tentang seks dan kehamilan yang beredar luas di masyarakat, dan dianggap
sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga
dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu.
Anggapan yang beredar luas di masyarakat ialah bahwa hubungan seksual
tidak boleh dilakukan agar tidak mengganggu perkembangan bayi, berhubungan Seks Saat hamil bisa menyakiti janin dan membuat janin kotor terkena sperma,ada juga mitos bahwa hubungan seks waktu hamil dapat membuat keguguran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012, maka diperoleh kesimpulan
bahwa Kondisi Fisika adalah mayoritas
menyebabkan Ibu Hamil menolak berhubungan seksual.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Tempat
Penelitian
Agar dapat lebih banyak
memberikan informasi kepada pasiennya terutama ibu hamil bahwa hubungan seks
sama sekali tidak di larang selama masa kehamilan kecuali dokter menyatakan
kehamilannya beresiko tinggi.
5.2.2. Bagi
Responden
Agar Responden dapat lebih
memahami dan mengetahui bahwa hubungan seksual pada masa kehamilan itu tidak
dilarang tetapi harus dengan cara yang dianjurkan, kecuali kehamilannya
beresiko tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul, Aziz. ( 2007 ). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Apridawati. (2004). Serba-Serbi Kehamilan. Yogyakarta : Rineka Cipta
Blogspot. (2012). Beberapa
mitos larangan wanita hamil. Diakses pada tanggal 17 juni 2012, pukul 20.20
WIB. Dari http://infoting.blogspot.com/2012/02/beberapa-mitos-larangan-wanita-hamil.html
Bobak. (2005). Seksualitas
dalam Kehamilan. Bandung : Arlena
Bukit,
Rosmeri. (2012). Panduan Karya Tulis
Ilmiah. Pekanbaru
Eisenberg.
(2006). Kehamilan. Jakarta
Junaidi, Iskandar. (2011). Kehamilan Sehat dan Mengatur Jenis Kelamin Anak. Yogyakarta : CV
ANDI OFFSET
Lee, Adeline. (2009). Cara Sehat Menjadi Ibu Hamil. Yogyakarta : CV Solusi Distribusi
Llewelyn, Jones. (2005). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Mahardika, Alena. (2011). Hal-Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Ibu Hamil. Yogyakarta
: Araska
Mckinley. (2006). Kehamilan
Aman dan Nyaman. Surabaya :Arcan
Medical. (2011). Ini
dia Serba-Serbi Organsme Wanita. Diakses pada tanggal 17 juni 2012, pukul
19.20 WIB. Dari http://911medical.blogspot.com/2011/01/ini-dia-serba-serbi-orgasme-wanita.html
Naviri, Tim. (2011). Buku Pintar Ibu Hamil. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Ningsih. (2007).
Ayahbunda. Di akses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 14.35 WIB.
Dari (http://www.ayahbunda.online.com)
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan . Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Pangkahila. (2007). Mitos Seks pun melingkupi
Kehamilan. Diakses pada tanggal 10 Mei
2012, Pukul 13.23 WIB. Dari http://www.kompas.com
Prawirohardjo, Sarwono. (2003). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saryono. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press
Simkin Penny, Janet Whalley, Ann Keppler. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan
Bayi. Jakarta : Arcan
Stoppord, Mirriam. (2009). Ensiklopedia Kehamilan dan Kelahiran. Jakarta : Erlangga
Sugiyono.
(2010). Statistika untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta
Suryoprajogo.
(2008). Perubahan-Perubahan dalam
Kehamilan. Jakarta :Rineka Cipta.
V-bulletin. (2007). Pendapat Ahli tentang Hubunganm Seks. Diakses pada tanggal 10 mei
2012, pukul 14.55 WIB. Dari http://www.dokterku.com
Wikipedia. (2012). Persetubuhan. Diakses pada tanggal 17 juni 2012, pukul 18.20 WIB.
Dari http://id.wikipedia.org/wiki/persetubuhan
Yohana.
(2011). Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta : Garda Medika