Minggu, 14 Mei 2017

FAKTOR PENYEBAB IBU HAMIL MENOLAK BERHUBUNGAN SEKS




GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB IBU HAMIL MENOLAK BERHUBUNGAN SEKS 


oleh : Rosmeri br  Bukit, SKM.,M.Biomed







ABSTRAK

Kehamilan adalah suatu keadaan, dimana janin yang dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan, kemudian diakhiri dengan proses persalinan. Untuk sebagian besar wanita dan pasangannya, kehamilan membawa perubahan pada hubungan seksual mereka, tetapi perubahan ini tidaklah sama untuk setiap orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan deskriptif. Penelitian  dilakukan di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012 pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini semua ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru yang rata-rata kunjungan perbulan 55 orang. Sampel dalam penelitian ini ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di BPS Yeni Kusmiati yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. dengan jumlah 30 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik “Accidental Sampling”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran Faktor Penyebab Ibu Hamil Menolak Berhubungan Seks yaitu mayoritas 27 orang (90 %) disebabkan kondisi Fisik, 24 orang (80%) disebabkan oleh Mitos-mitos dan minoritas 16 orang (47%) disebabkan oleh Kondisi Psikologis.
Kesimpulannya adalah bahwa Faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks paling banyak karena kondisi fisik, dan kondisi psikologis serta paling sedikit karena mitos-mitos.

Kata Kunci       : faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks
Referensi           : 25 referensi (2003-2012)















ABSTRACT

 Pregnancy is an situation, where contained foetus in woman body, which before him early with impregnation process, kemudia terminated with copy process. To most woman and his/its couple, pregnancy bring change at their sexual relation/link, but this is same change is not to each and everyone. This research aim to to know Picture factor cause of pregnant mother refuse to correlate seks in BPS Yeni Kusmiati Year 2012
 Research type the used is quantitative and  research device is descriptive. Research done/conducted by in BPS Yeni Kusmiati Year 2012 in January up to June month;moon 2012. Population in all these research of incoming pregnant mother check its pregnancy to BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru which is month;moon visit mean 55 people. Sampel in this research of  pregnant mother which check its pregnancy in BPS Yeni Kusmiati readying to become sampel in this research. with amount 30 people. Intake of sampel in this research is done/conducted] with technique " Accidental Sampling".
Result of research of Picture Factor Cause Ms. Pregnancy Refuse To correlate Seks that is majority 27 people ( 90 %) caused the condition of Physical, 24 people ( 80%) because of Myths and minority 16 people ( 46.66%) because of Psychological Condition.]
Hence can be concluded that Factor cause of pregnant mother refuse to correlate seks at most because condition of physical, and psychological condition and also at least because myths.

 Keyword : Factor Cause Ms. Pregnancy Refuse To correlate Seks
 Reference : 25 reference ( 2003-2012 )










BAB I
                                                  PENDAHULUAN                                 
1.1.  Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Begitu juga dengan wanita hamil berusaha untuk mempertahankan keseimbangkan hidupnya untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dalam hidupnya. Jika kehamilan itu merupakan peristiwa yang pertama kali,maka besar kemungkinannya bahwa calon ibu mengembangkan mekanisme kepuasan dan kebanggaan, karena ia merasa mampu menjalankan tugas dan kewajiban sebagai wanita normal dan sebagai penerus generasi. Sekalipun seorang wanita berhasrat besar untuk menjadi ibu,dan cukup realistis, disertai sikap hidup yang sehat terhadap diri sendiri dan orang lain. Kehamilan merupakan satu ujian berat baginya, dan menimbulkan ketakutan-ketakutan tertentu. Ketakutan itu antara lain berupa kerisauan yang disebabkan oleh kelelahan dan kesakitan jasmaniah, jadi bingung,kecemasan karena tidak mendapatkan dukungan emosional, mengembangkan reaksi-reaksi kecemasan terhadap cerita dan takhayul yang mengerikan, atau takut akan keadaan janinnya. Sehingga ibu hamil takut untuk melakukan aktivitas yang dianggap membahayakan kehamilannya, salah satunya adalah aktivitas seksual (Apridawanti, 2004).
Kehamilan adalah masa dengan banyak perubahan bagi sepasang suami-istri, tak terkecuali dengan hubungan seksual. Pada masa ini banyak pasangan yang mengalami emosi dan perasaan berbeda pada masa-masa itu,bahkan tak jarang menjadi labil sehingga komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sejak masa tersebut mulai. Berhubunga seks dimasa kehamilan memicu banyak pertanyaan dibaliknya, meskipun secara medis berhubungan seks selama hamil bukan hal yang keliru, namun hal tersebut dapat dicermati dengan memperoleh berbagai informasi tentang bersenggama di masa kehamilan (Mckinley, 2006).
Beberapa dokter kandungan di Amerika mengungkapkan bahwa bersenggama semakin nyaman jika tanpa terhalang kehamilan, selain memberikan batasan-batasan serta larangan selama periode tertentu, terutama jika ibu hamil pernah mengalami keguguran, pernah mengalami kelahiran dini,infeksi dari masing-masing pasangan, kehadiran janin lipat ganda, perdarahan selama hubungan tubuh, terasa sakit selama hubungan badan, pecahnya air ketuban atau kebocoran cairan dari vagina (v-Bulletin, 2007).
Hubungan seksual saat kehamilan akan benar-benar menimbulkan banyak permasalahan bahkan beresiko jika kehamilan sang istri termasuk kedalam kehamilan dengan kategori resiko tinggi atau adanya indikasi terjadi komplikasi. Berhubungan seks disarankan tidak dilakukan jika terindikasi dapat menyebabkan bahaya pada kehamilan, hal ini biasanya disarankan bagi kasus seperti pernah mengalami keguguran atau terindikasi ancaman keguguran, air ketuban sudah pecah, telah terjadi pembukaan jalan lahir, riwayat kelahiran prematur, plasenta letak rendah, serta pasangan yang menderita penyakit seks yang menular (Alena, 2011).
Perubahan hormon juga mempengaruhi hasrat seksual selama hamil. Tiga bulan pertama perempuan hamil biasanya bergairah walaupun rasa mual dan pusing sering menyerang. Sedangkan tiga bulan selanjutnya sensasi baru akan terasa karena adanya perubahan fisik tubuh. Kondisi fisik bisa saja mempengaruhi suasana hati sehingga malah membungkam hasrat itu. Seperti pada triwulan pertama, walau hormon membuat libido naik, tetapi rasa mual, muntah dan sakit kepala bisa saja membekukan hasrat asmara. Baegitu bulan ketiga terlewati, umum nya libido timbul kembali. Tubuh telah terbiasa dengan kondisi kehamilan. Kehamilan juga belum terlalu besar hingga tidak terlalu memberatkan. Hasrat seksual bisa turun kembali pada triwulan terakhir. Banyak ibu merasa sangat tidak nyaman,merasa pegal dipunggung dan pinggul,dan nafas lebih sesak serta kembali merasa mual (Adeline, 2009).
Hubungan seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin dalam kandungan, karena janin terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Ketuban merupakan peredam kejut yang sangat baik sehingga aktivitas seksual ataupun kontraksi rahim pada waktu orgasme akan teredam dan tidak mengganggu janin. Begitu pun ejakulasi yang terjadi juga tidak akan membuat sperma menjangkau janin (Naviri, 2011).
Menurut Llewelyn-jones (2005) bahwa jika kehamilan calon ibu normal serta tidak mempunyai kecendrungan melahirkan prematur dan aborsi berulang, maka senggama dapat dilanjutkan dengan frekuensi yang normal untuk pasangan tersebut. Beberapa wanita lebih menginginkan senggama yang sering selama hamil, sementara yang lain justru ingin mengurangi. Alasan berkurangnya minat seksual yang dialami banyak wanita hamil khususnya dalam minggu-minggu terakhir kehamilan tidak jelas.
Sebagian wanita hamil merasa takut atau khawatir melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, karena berfikir hal tersebut dapat mambahayakan janin dalam kandungannya. Tidak sedikit pasangan yang khawatir bahwa melakukan hubungan seks selama kehamilan bisa menyebabkan keguguran. Kemudian, selama ini ada semacam anggapan bahwa orgasme dalam aktivitas seks dapat memicu kelahiran prematur karena hal tersebut menimbulkan kontraksi rahim (Naviri, 2011).
Bagi banyak wanita alasan utama yang membuat mereka merasa kurang menikmati hubungan seks adalah perasaan bahwa tubuh menjadi lebih tidak atraktif bagi pasangan, seiring berjalannya kehamilan. Beberapa wanita menjadi malu dan defensif akan kehamilan mereka, merasa femininitas mereka telah lenyap dan menjadi malu di lihat saat telanjang (Miriam, 2009).
Ditambahkan bahwa ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda-beda ini di pengaruhi oleh faktor-faktor fisik, emosi dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita (Bobak, 2005).
Data dari Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru Periode Januari-April Tahun 2012, BPS Yeni Kusmiati merupakan BPS yang memiliki kunjungan ibu hamil terbanyak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti di BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru. Jumlah kunjungan ibu hamil di BPS Yeni Kusmiati dari bulan Januari sampai April Tahun 2012 adalah 220 orang.
1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penulis mengambil permasalahan dalam penelitian yaitu ”Bagaimanakah gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012?“.
1.3.  Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.     Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012 berdasarkan kondisi fisik.
1.3.2.2.     Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012 berdasarkan kondisi psikologis.
1.3.2.3.     Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012 berdasarkan mitos-mitos yang di anut oleh ibu.
1.4.  Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan seks selama kehamilan.
1.4.2. Bagi Pengembangan ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya mengenai factor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks saat hamil
1.4.3. Bagi tempat Penelitian
Diharapkan dapat dijadikan masukan dalam upaya peningkatan penyuluhan kesehatan terhadap ibu-ibu hamil yang ada di BPS tersebut.
.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAK
2.1.  Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan, dimana janin yang dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelum nya diawali dengan proses pembuahan, kemudia diakhiri dengan proses persalinan (Yohana,  2011).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantas. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2008).
2.1.2. Tahap Kehamilan
Tiga tahapan kehamilan yang sering kali kita sebut sebagai trimester. Berikut yang terjadi pada anda dan janin dalam setiap tahap.
1.    Trimester Pertama (Minggu ke 1-12)
Pada tahap pertama ini, tubuh akan mengalami banyak perubahan, terutama perubahan hormonal. Perubahan ini mempengaruhi hampir semua sistem organ dalam tubuh, beberapa perubahan yang terjadi pada ibu adalah cepat lelah, payudara membesar dan putting menonjol kadang terasa sakit, ngidam atau malah membenci suatu makanan tertentu, morning sickness (mual dan muntah di pagi hari, sakit kepala, sembelit,sakit gigi, lebih sering buang air kecil, perut terasa panas (heartburn), dan sering kehilangan mood (Mahardika, 2011).

2.    Trimester Kedua (Minggu ke 13-28)
Kebanyakan para wanita mengakui bahwa mereka menjalani trimester kedua nya dengan lebih mudah dari pada trimester pertama, morning sickness yang melelahkan sudah berlalu, mereka mulai mood untuk makan, dan dapat beraktivitas kembali. Perubahan yang lain akan terjadi pada tahap ini.
Perut akan semakin membesar karena janin mulai tubuh, akan merasakan janin mulai bergerak-gerak,badan sakit dan pegal-pegal, adanya stretch mark pada perut, paha, pantat atau dada, daerah disekitar putting payudara (areola) menjadi lebih gelap warnanya, muncul garis samar dari pusar kearah kemaluan, sering kesemutan, kulit wajah lebih gelap, sering disebut topeng kehamilan, gatal pada perut,telapak tangan dan telapak kaki, pembengkakan pada pergelangan kaki,jari dan wajah (Mahardika, 2011).
3.    Trimester ketiga (Minggu ke 29-40)
Tahap terakhir ini mungkin menjadi tahap yang paling menentukan untuk proses persalinan. Sebisa mungkin pada tahap ini ibu berada dirumah. Hal tersebut karena perubahan dalam diri semakin besar. Sesak nafas, lebih sering kekamar mandi, heartburn, pembengkakan pergelangan kaki,jari,dan wajah, wasir, tender payudara, sering terjadi kebocoran kolostrum (cairan pra ASI), sulit tidur, pergerakan yang lebih sering dari janin, dan kontraksi (Mahardika, 2011).

2.2.  Hubungan Seksual
2.2.1. Defenisi
Hubungan seksual adalah tindakan sanggama yang dilakukan oleh manusia. Akan tetapi dalam arti yang lebih luas juga merujuk pada tindakan-tindakan lain yang sehubungan atau menggantikan tindakan sanggama, jadi lebih dari sekedar merujuk pada pertemuan antar alat kelamin lelaki dan perempuan (Wikipedia, 2012). Selain itu, menurut Kamus Besar Indonesia (2003), hubungan seksual adalah yang berhubungan dengan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
2.2.2. Fisiologis Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan suami-istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil. Ketika melakuan senggama, wanita akan melalui pola seksual. Pola siklus respon seksual pada wanita terjadi dalam empat fase, antara lain :
1.    Fase Eksitasi.
Fase ini dimulai dari rangsangan fisik dan atau psikologis yang berlangsung beberapa menit atau jam. Terjadi “flush” pada dada sehingga puting payudara menegang dan payudara membesar. Rahim terangkat dan mulai terjadi proses lubrikasi/pelumasan vagina. Klitoris membengkak, terjadi peningkatan tekanan darah serta denyut nadi, dan sebagian besar otot tubuh menegang (Medical, 2011).
2.    Fase Plateau.
Pada fase ini, payudara semakin tegang, klitoris terangkat serta lebih menonjol, terjadi pengeluaran cairan dari kelenjar-kelenjar sekitar vagina, terjadi perubahan posisi rahim untuk memudahkan jalannya sperma. Tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan ketegangan otot semakin memuncak (Medical, 2011).
3.    Fase Orgasme.
Selama fase ini terjadi pelepasan ketegangan seksual yang dapat terjadi karena rangsangan fisik atau tidak. Terjadi kontraksi klitoris, vagina, dan bagian bawah perut serta otot anus. Kontraksi awal sifatnya sangat kuat dengan jeda waktu yang sangat singkat, biasa disebut “denyut pinggul”, peningkatan tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan mencapai puncaknya dan biasanya disertai dengan lemasnya otot-otot tubuh. Wanita dapat mengalami orgasme ganda sebelum mencapai tahap selanjutnya (Medical, 2011).

4.  Fase resolusi.
Pada fase ini ukuran payudara dan puting susu serta vagina, klitoris, dan rahim kembali normal. Sex flush menghilang dan nilai tekanan darah, nadi, dan pernafasan kembali normal (Medical, 2011).
2.2.3. Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Untuk sebagian besar wanita dan pasangannya, kehamilan membawa perubahan pada hubungan seksual mereka, tetapi perubahan ini tidaklah sama untuk setiap orang (Simkin, 2007).
Hal ini disebabkan oleh adanya peninggian hormon seks yang amat besar yang mulai bersirkulasi sepanjang tubuh sejak masa konsepsi  (pembuahan). Hormon-hormon ini juga menyebabkan rambut lebih bercahaya, kulit berkilat, dan menimbulkan perasaan sensual. Aliran darah akan meningkat terutama sekitar daerah panggul dan menyebabkan alat kelamin lebih sensitif sehingga meningkatkan gairah seksual (Stoppard, 2009).
Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak beresiko, pasangan suami-istri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan (Lee, 2009).
Seperti yang dikemukakan oleh Ningsih (2007), tidak sedikit wanita hamil justru merasakan kenikmatan dan kepuasan luar bisaa dibandingkan semasa tidak hamil. Bahkan sebagian wanita hamil mengaku dapat mencapai orgasme multiple dengan mudah. Hal ini dapat terjadi karena hormon wanita dan hormon kehamilan mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan perubahan pada sejumlah organ tubuh (payudara dan organ reproduksi) menjadi lebih sensitif dan responsif.
Berbaring atau terlentang adalah posisi yang harus dihindari oleh ibu hamil, karena hal ini dapat membuat vena rahim menekan vena besar, jadi posisi misionaris dimana pria berada diatas tubuh wanita, tidak lagi menjadi posisi yang ideal bagi ibu hamil. Yang paling penting dari posisi berhubungan seks adalah jangan meletakkan berat badan pria ke perut ibu hamil atau batasilah tekanan-tekanan pada perut ibu hamil.
 Adapun beberapa posisi yang dapat dilakukan saat berhubungan seks dengan ibu hamil:
1.         Posisi ibu hamil di atas
Posisi ini merupakn posisi yang paling baik digunakan oleh ibu hamil, karena dalam posisi ini ibu hamil dapat mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi (Mahardika, 2011).
2.         Posisi berbaring miring
Posisi berbaring miring berhadapan mungkin dapat dilakukan saat pertengahan kehamilan ketika perut belum terlalu besar. Namun jika, perut ibu hamil sudah mulai membesar, posisi miring ini dapat dilakukan dengan posisi suami brada dibelakang ibu hamil (Mahardika, 2011).
3.         Posisi ibu hamil berlutut
Ibu hamil berlutut dan dibantu dengan meletakkan bantal dibawah perutnya dengan tujuan mengganjal, dan suami dapat melakukan penetrasi dari belakang (Mahardika, 2011).
4.         Posisi ibu hamil duduk
Posisi ini juga memungkinkan ibu hamil mengontrol kedalaman dan kecepatan penetrasi. Posisi ini biasanya dilakukan pada kehamilan pertengahan ketika tidak memerlukan banyak gerakan. Suami duduk dan ibu hamil duduk diatasnya saling berhadapan, atau jiaka kehamilan sudah membesar, ibu hamil bisa duduk sambil membelakangi suami (Mahardika, 2011).
Karena melakukan aktivitas seksual selama kehamialan bukanlah masalah. Sepanjang kehamilan berjalan sehat dan normal, maka aktivitas seksual tidak berbahaya. Sebaliknya, jika kehamilan mengalami masalah tertentu, maka perlu kehati-hatian dalam masalah yang satu ini.
Berikut ini beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anda dan pasangan sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan:
1.    Plasenta previa
Kondisi dimana plasenta baik sebagian atau seluruhnya berada dibagian bawah rahim, dan menutupi jalan lahir janin. Normalnya, plasenta terletak diatas rahim. Apabila penetrasi menekan mulut rahim, maka dikhawatirkan akan terjadi pendarahan (Naviri, 2011).
2.    Apabila diduga mengalami kelahiran prematur
Dimana si ibu hamil mulai mengalami kontraksi regular sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu, yang menyebabkan mulut rahim mulai terbuka. Meski orgasme yang terjadi pada kehamilan normal tidak menimbulkan masalah, tapi orgasme dalam kondisi ini memiliki resiko melahirkan prematur (Naviri, 2011).
3.    Terjadinya perdarahan yang dapat dihubungkan dengan tanda-tanda keguguran.
Hubungan seksual sebaiknya dihindari apabila ada kasus perdarahan, kecuali dokter mengatakan bahwa flek atau perdarahan tersebut adalah gejala normal yang kadang terjadi (berhubungan dengan usia kehamilan, kondisi janin, volume flek, juga kondisi ibu hamil itu sendiri) (Naviri, 2011).
4.    Cervik yang lemah
Apabila cervik atau mulut rahim mulai membuka secara prematur, maka hubungan seks dapat meningkatkan resiko infeksi (Naviri, 2011).



5.    Hamil kembar
Apabila mengandung janin kembar, maka dokter atau bidan mungkin akan menganjurkan untuk tidak berhubungan seksual pada waktu kehamilan memasuki trimester ketiga (Naviri, 2011).
2.3.  Faktor Penyebab Ibu Hamil Menolak Berhubungan Seks
2.3.1. Kondisi Fisik
Menurut Suryoprajogo (2008), terjadi perubahan-perubahan pada ibu hamil yaitu :
A.  Trimester Pertama
a.       Kondisi Fisik dan Emosional Calon Ibu
Pada trimester pertama, kemungkinan akan mengalami beberapa gejala di bawah ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua calon ibu merasakan gejala yang sama. Ada yang mengalami seluruh gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala tetapi ada juga yang sama sekali tidak merasakan satu gejala pun.
Kehamilan setiap wanita berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan kondisi sebelum kehamilan.
1.    Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam atau sepanjang hari.
2.    Produksi air ludah meningkat.
3.    Tubuh mudah lelah dan mengantuk.
4.    Payudara membengkak, puting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba.
5.    Mulut terasa pahit.
6.    Sering buang air kecil.
7.    Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan.
8.    Menginginkan atau menolak makanan tertentu (ngidam).
9.    Sembelit
10.      Sakit kepala atau pusing.
11.     Mengalami perasaan tidak biasa, seperti tidak suka melihat suami, sensitif pada bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dan lain-lain.                                                                         
12.     Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang cenderung cengeng. m). Sering merasa cemas terhadap kehamilan, misalnya takut keguguran, takut janin terluka, dan lain-lain.                                                                                                                         
b.      Efek Terhadap Berhubungan Seksual
Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks. Survei mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Semua gejala yang dialami calon ibu pada trimester pertama membuatnya merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami.
Rasa mual membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk berhubungan seks. Mulut yang pahit membuat calon ibu tidak ingin berciuman dengan pasangan. Selain itu, payudara yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah, sensitive terhadap bau-bauan dan rasa benci terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau tidur sekamar apalagi berhubungan seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang.
Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan. Pada saat ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat terjadi.                                              
B.  Trimester Kedua
a.  Kondisi Fisik dan Emosional Calon Ibu
Beberapa gejala yang umumnya dirasakan oleh calon ibu pada trimester kedua di antaranya :
1.    Pergerakan janin yang mulai terasa
2.    Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan menghilang.
3.    Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan tidak berbau yang lazim disebut leukorhea. Ini normal terjadi karena adanya peningkatan hormon selama kehamilan.
4.     Nafsu makan mulai meningkat.
5.    Payudara tidak lagi nyeri.
6.     Produksi hormon progesteron meningkat.
7.    Pinggul dan payudara lebih berisi berkat hormon kehamilan dan pertambahan berat badan. Areola dan puting susu berwarna lebih gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan bercahaya.
8.     Suasana hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif dan suasana hati masih mudah berubah.
9.    Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya.
b.      Efek Terhadap Berhubungan Seksual
Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi Anda dan pasangan sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan.
Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada kondisi kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester pertama membuat gairah lebih meningkat.
Pada trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Anda pun akan lebih mudah mengalami orgasme. Seperti pada beberapa wanita yang sudah mengalaminya pada trimester pertama, umumnya pada trimester kedua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif.
Akan tetapi, banyaknya aliran darah ke vagina juga menyebabkan perubahan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit mempertahankan ereksi. Bagi para suami, di masa ini pasangan mereka terlihat lebih menarik dibanding sebelumnya. Kepercayaan diri yang meningkat membuat calon ibu terlihat lebih cantik, ditunjang dengan kulit dan rambut yang semakin bercahaya karena pengaruh hormon kehamilan.
Namun, ada juga suami yang mengalami penurunan gairah karena khawatir berhubungan intim dapat mengganggu kesehatan ibu hamil atau janin, perasaan cemas bakal segera menjadi ayah, atau bahkan perasaan tidak enak karena merasa si janin menyaksikan acara bercinta tersebut.              
c.    Trimester Ketiga
a.       Kondisi Fisik dan Emosional Calon Ibu
Mendekati masa persalinan, kemungkinan ibu hamil masih akan mengalami berbagai gejala seperti trimester sebelumnya. Akan tetapi, saat ini akan lebih terfokus pada tanda-tanda lain yang berkaitan dengan persalinan. Bayangan akan hadirnya makhluk mungil dalam pelukan akan mengaburkan gejala yang biasanya masih dirasakan pada trimester terakhir ini.
Berikut ini merupakan gejala yang pada umumnya dirasakan pada penghujung kehamilan. Gejala pada setiap wanita berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing.
1.    Gerakan janin jauh lebih kuat dibanding sebelumnya, sering kali lebih aktif di malam hari.
2.    Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab.
3.    Semakin mudah lelah dan napas pendek.
4.     Kram kaki, terutama di malam hari.
5.    Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol.
6.    Kemungkinan mengalami varises.
7.    Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang.
8.     Sering buang air kecil.
9.    Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions).
10.      Sulit tidur                                                                               
b.      Efek Terhadap Berhubungan Seksual
Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual.
Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah sembap membuat calon ibu merasa tidak enak dipandang lagi di mata pasangan. Perasaan itu pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan janin. Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Secara medis, sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit, dengan kata lain, kehamilan sedang dalam kondisi yang sehat.
Namun demikian, satu hal yang wajar pula apabila saat ini frekuensi bercinta tidak sesering pada trimester kedua. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan untuk menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekira 30 menit hingga terasa tidak nyaman.
 Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai, sebaiknya kunjungi dokter segera. Menurun atau meningkatnya keinginan untuk berhubungan seksual dengan pasangan di masa ini bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan karena hal penting yang perlu disadari ialah bahwa antara masa pembuahan dan kelahiran, bercinta bisa menjadi dimensi yang baru dan sangat menyenangkan (Suryoprajogo, 2008).

2.3.2. Kondisi Psikologis

2.3.2.1. Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan rahim.                                                                                                            
2.3.2.2. Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature.                                                                                   
2.3.2.3. Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina. Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama hubungan seksual.                                                                                                                             
2.3.2.4. Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka.
2.3.2.5. Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika ditemukan komplikasi).                                                                                                  
2.3.2.6. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam.                                      
2.3.2.7. Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan. Beberapa kajian menunjukkan meningkatnya jumlah kelahiran prematur pada pasangan yang sering melakukan hubungan seksual pada minggu-minggu terakhir kehamilan, maka seringkali dokter menganjurkan pantang hubungan seksual pada wanita dengan kehamilan beresiko kelahiran premature. (Eisenberg, 2006 ).

2.3.3. Mitos-Mitos
Menurut Pangkahila (2007), banyak mitos tentang seks dan kehamilan yang beredar luas di masyarakat, dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu.
1.    Harus Sering
Salah satu mitos yang beredar luas di masyarakat ialah hubungan seksual harus sering dilakukan selama masa hamil, agar bayi di dalam rahim dapat bertumbuh subur dan sehat.
Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat.
Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan pertumbuhan bayi. Artinya, kalau selama hamil melakukan hubungan seksual, maka sel
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk selama kehamilan. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
2.    Posisi Kanan dan Kiri
Menurut Suryoprajogo (2009), mitos yang lain mengaitkan posisi hubungan seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Konon kalau posisi pria ketika melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan.
Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional, karena jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi pria ketika berhubungan seksual. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur.
Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan kromosom Y yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.
3.    Boleh-Tidaknya Berhubungan
Anggapan lain yang juga salah tetapi beredar luas di masyarakat ialah bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan agar tidak mengganggu perkembangan bayi. Anggapan ini tidak benar, karena tidak ada alasan bahwa hubungan seksual pasti mengganggu perkembangan bayi.
Sebaliknya ada anggapan lain yang menyatakan bahwa hubungan seksual tidak menimbulkan akibat apa pun terhadap kehamilan, sehingga boleh saja dilakukan seperti sebelumnya. Anggapan ini juga tidak selalu benar, tergantung kondisi kehamilannya (Suryoprajogo, 2009).


4.    Berhubungan Seks Saat Hamil Bisa Menyakiti Janin Dan Membuat Janin Kotor Terkena Sperma.
Hubungan seks saat hamil tidak akan menyakiti dan tidak akan membahayakan janin. FYI (For Your Information) : di dalam perut terdapat 7 lapisan perut, rahim, ketuban dan air ketuban. Sehingga janin terlindungi dari guncangan (Blogspot, 2012).
5.    Wanita hamil muda dilarang melakukan hubungan intim
Hal ini untuk menghindari kontak tubuh yang mengakibatkan guncangan pada rahim yang bisa mengakibatkan keguguran. Ada baiknya terutama bila aktivitas tersebut membuat sang ibu merasa tidak nyaman atau sakit. Terutama bila si isteri di tindih oleh suami (Blogspot, 2012).
6.    Hubungan seks waktu hamil membuat keguguran
Tidak ada larangan untuk melakukan hubungan seks pada waktu hamil. Aktivitas ini tidak terlalu mengganggu, selama tidak ada kelainan selama hamil dan Si Ibu juga menikmati hubungan seks yang dilakukan dengan suami (Blogspot, 2012).
Yang tidak dianjurkan adalah hubungan seks yang terlalu bersemangat sampai tidak menyadari kalau ibu hamil mulai kesakitan, misalnya karena tekanan yang terlalu berlebihan. Hal ini sering terjadi pada kehamilan trimester pertama, dimana kondisi kehamilan belum cukup kuat menempel di rahim. Sangat disarankan melakukan hubungan seks atas keinginan istri dan dilakukan dengan posisi istri di atas, sehingga istri mudah mengontrol apabila sewaktu-waktu timbul rasa kurang nyaman di perut (Blogspot, 2012).
2.4.  Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian (Saryono, 2010).

Gambaran faktor penyebab ibu menolak berhubungan seks
a.    Kondisi fisik ibu hamil
b.    Psikologis ibu hamil
c.    Mitos yang di anut ibu hamil

                                               




Skema 2.1
Kerangka Konsep Penelitian



















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.  Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan rancangan penelitian ini adalah deskriptif yaitu dengan menggambarkan faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru Tahun 2012.
3.2.  Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai dengan selesai.
3.3.  Populasi, Sampel dan Sampling
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini semua ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke BPS Yeni Kusmiati Pekanbaru yang rata-rata kunjungan perbulan 55 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono, 2010). Adapun besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel minimal yang berjumlah 30 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di BPS Yeni Kusmiati yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. Alasan menggunakan sampel 30 orang karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel minimal. Mengenai angka 30 dalam ilmu statistik dianggap sebagai batasan jumlah angka sedikit (Nursalam, 2003).

3.3.3. Sampling
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif (Saryono, 2010). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik “Accidental Sampling”, yaitu yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia pada saat dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2005). Alasan menggunakan teknik Accidental Sampling karena mengingat waktu penelitian yang sangat singkat.
Yang menjadi kriteria umum sampel dalam penelitian ini adalah :
1.      Bersedia menjadi responden
2.      Bisa membaca dan menulis
3.      Ibu-ibu yang sedang hamil
3.4.  Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Gambaran Faktor Penyebab Ibu Hamil Menolak Berhubungan Seks dengan Sub Variabel Kondisi fisik ibu hamil, Kondisi psikologis ibu hamil, dan Mitos yang di anut ibu hamil.

3.5.  Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional

No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1
Kondisi fisik ibu hamil

Perubahan-perubahan fisik yang dialami ibu selama hamil di lihat dari kondisi tubuh dan bentuk fisik tubuh
Pada trimester 1,2,3.
Kuesioner
Ordinal
Ya
Tidak
2
Psikologis ibu hamil

Cara berfikir ibu hamil yang bersifat secara kejiwaan dan emosional berhubungan dengan melakukan seks selama kehamilan.

Kuesioner
Ordinal
Ya

Tidak
3
Mitos

Suatu asumsi atau persepsi yang dianut dan dijalani oleh ibu selama hamil dalam melakukan hubungan seks
Kuesioner

Ordinal
Tidak percaya
 percaya


3.6  Analisa Data
Dalam analisa data peneliti menggunakan analisis univariat yaitu analisa data yang dilakukan hanya melihat hasil perhitungan frekuensi persentase hasil dari penelitian yang dapat digunakan sebagai tolak ukur pembahasan. Diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
    P =
 



                                                           
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang sesuai
N = Jumlah seluruh responden














BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai Gambaran Faktor penyebab ibu hamil menolak berhubungan seks di BPS Yeni Kusmiati tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
4.2.1        Kondisi Fisik
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik yang
 Menyebabkan Ibu hamil menolak berhubungan seks
di BPS Yeni Kusmiati tahun 2012

Kondisi Fisik
Frekuensi
Persentase
Ya
3
10
Tidak
27
90
Total
30
100
Sumber : Hasil penyebaran koesioner,2012.
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa dari 30 responden mayoritas berdasarkan kondisi Fisik yang menolak berhubungan seks yaitu sebanyak 27 orang (90%).

4.2.2        Kondisi Psikologis
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Psikologis yang menyebabkan ibu hamil menolak berhubungan seks
di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012

Kondisi Psikologis
Frekuensi
Persentase
Ya
14
47
Tidak
16
53
Total
30
100
Sumber : Hasil penyebaran koesioner,2012.

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa dari 30 responden mayoritas berdasarkan Kondisi Psikologis menolak melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 16 orang (47%). 

4.2.3        Mitos-mitos
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mitos-mitos yang menyebabkan ibu hamil menolak berhubungan seks
di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012

Mitos-mitos
Frekuensi
Persentase
Tidak percaya
6
20
Percaya
24
80
Total
30
100
Sumber : Hasil penyebaran koesioner,2012.

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa dari 30 responden mayoritas berdasarkan Mitos-mitos yang menolak berhubungan seks yaitu sebanyak 24 orang (80%).

4.3    Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, maka data yang diperoleh tersebut peneliti bahas berdasarkan sub variabel.
4.3.1   Kondisi Fisik
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi frekuensi Kondisi Fisik yaitu dari 30 responden mayoritas karena Kondisi Fisik Ibu Hamil Menolak Berhubungan seks sebanyak 27 orang (90%).
Pada trimester pertama rasa mual membuat calon ibu merasa tidak bergairah melakukan apa pun termasuk berhubungan seks. Mulut yang pahit membuat calon ibu tidak ingin berciuman dengan pasangan. Selain itu, payudara yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh membuat ibu enggan diraba. Bahkan, yang lebih parah, sensitive terhadap bau-bauan dan rasa benci terhadap pasangan membuat calon ibu tidak mau tidur sekamar apalagi berhubungan seks. Ketakutan akan menyakiti janin juga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keinginan untuk bermesraan menghilang.
Menurut Suryoprajogo (2008), Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks. Survei mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Semua gejala yang dialami calon ibu pada trimester pertama membuatnya merasa seolah bukan pasangan ideal bagi suami.
Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester kedua,Pada masa ini, secara fisik dan psikologi sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan.
Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada kondisi kehamilan di trimester pertama. Mual, muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman. Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terlalu besar serta memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik dari trimester pertama membuat gairah lebih meningkat.
Pada trimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan organ kelamin. Anda pun akan lebih mudah mengalami orgasme. Seperti pada beberapa wanita yang sudah mengalaminya pada trimester pertama, umumnya pada trimester kedua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif.
Pada trimester III kehamilan adalah saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang kian membesar membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, napas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan menurunnya minat seksual
.
4.3.2   Kondisi Psikologis
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi frekuensi kondisi Psikologis dari 30 responden yaitu mayoritas karena Kondisi Psikologis Ibu Hamil Menolak Berhubungan seks sebanyak 16 orang (53%).
Kebanyakan ibu hamil tidak melakukan hubungan seks karena takut menyakiti janin, takut terjadi infeksi, takut bahwa orgasme merangsang keguguran.
Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus menanggung penderitaan selama kehamilan terutama jika ditemukan komplikasi (Eisenberg, 2006).                            
Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada kehamilan tua
4.3.3   Mitos-mitos
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi frekuensi Mitos-mitos yaitu dari 30 responden mayoritas karena Mitos-mitos Ibu Hamil Menolak Berhubungan seks sebanyak 24 orang (80%).
Banyak mitos tentang seks dan kehamilan yang beredar luas di masyarakat, dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu.
Anggapan yang beredar luas di masyarakat ialah bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan agar tidak mengganggu perkembangan bayi, berhubungan Seks Saat hamil bisa menyakiti janin dan membuat janin kotor terkena sperma,ada juga mitos bahwa hubungan seks waktu hamil dapat membuat keguguran






















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di BPS Yeni Kusmiati Tahun 2012, maka diperoleh kesimpulan bahwa Kondisi Fisika adalah mayoritas  menyebabkan Ibu Hamil menolak berhubungan seksual.

5.2.  Saran
5.2.1. Bagi Tempat Penelitian
Agar dapat lebih banyak memberikan informasi kepada pasiennya terutama ibu hamil bahwa hubungan seks sama sekali tidak di larang selama masa kehamilan kecuali dokter menyatakan kehamilannya beresiko tinggi.
5.2.2. Bagi Responden
Agar Responden dapat lebih memahami dan mengetahui bahwa hubungan seksual pada masa kehamilan itu tidak dilarang tetapi harus dengan cara yang dianjurkan, kecuali kehamilannya beresiko tinggi.













DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. ( 2007 ). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.  Jakarta :     Salemba Medika.
Apridawati. (2004). Serba-Serbi Kehamilan. Yogyakarta : Rineka Cipta
Blogspot. (2012). Beberapa mitos larangan wanita hamil. Diakses pada tanggal 17 juni 2012, pukul 20.20 WIB. Dari http://infoting.blogspot.com/2012/02/beberapa-mitos-larangan-wanita-hamil.html
Bobak. (2005). Seksualitas dalam Kehamilan. Bandung : Arlena
Bukit, Rosmeri. (2012). Panduan Karya Tulis Ilmiah. Pekanbaru
Eisenberg. (2006). Kehamilan. Jakarta
Junaidi, Iskandar. (2011). Kehamilan Sehat dan Mengatur Jenis Kelamin Anak. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET
Lee, Adeline. (2009). Cara Sehat Menjadi Ibu Hamil. Yogyakarta : CV Solusi Distribusi
Llewelyn, Jones. (2005). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Mahardika, Alena. (2011). Hal-Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Ibu Hamil. Yogyakarta : Araska
Mckinley. (2006). Kehamilan Aman dan Nyaman. Surabaya :Arcan
Medical. (2011). Ini dia Serba-Serbi Organsme Wanita. Diakses pada tanggal 17 juni 2012, pukul 19.20 WIB. Dari http://911medical.blogspot.com/2011/01/ini-dia-serba-serbi-orgasme-wanita.html
Naviri, Tim. (2011). Buku Pintar Ibu Hamil. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Ningsih. (2007). Ayahbunda. Di akses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 14.35 WIB. Dari  (http://www.ayahbunda.online.com)
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan . Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Pangkahila. (2007). Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan. Diakses pada tanggal 10 Mei 2012, Pukul 13.23 WIB. Dari http://www.kompas.com
Prawirohardjo, Sarwono. (2003). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press
Simkin Penny, Janet Whalley, Ann Keppler. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta : Arcan
Stoppord, Mirriam. (2009). Ensiklopedia Kehamilan dan Kelahiran. Jakarta : Erlangga
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Suryoprajogo. (2008). Perubahan-Perubahan dalam Kehamilan. Jakarta :Rineka Cipta.
V-bulletin. (2007). Pendapat Ahli tentang Hubunganm Seks. Diakses pada tanggal 10 mei 2012, pukul 14.55 WIB. Dari http://www.dokterku.com
Wikipedia. (2012). Persetubuhan. Diakses pada tanggal 17 juni 2012, pukul 18.20 WIB. Dari http://id.wikipedia.org/wiki/persetubuhan
Yohana. (2011). Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Garda Medika