Jumat, 29 Juli 2016

Perubahan fisiologis pada Persalinan

HAND OUT
MATA KULIAH             : ASUHAN KEBIDANAN
TOPIK                              : ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA 1
SUB TOPIK       : - Perubahan fisiologis pada Persalinan
      -       Perubahan Psikoologis
       -       Manajemen kala 1
       -       Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Kala 1
       -    Patograf
       -   Masalah –masalah pada persalinan kala 1
TUJUAN           : agar mahasiswa tau perubahan apa saja yang terjadi pada ibu bersalin kala                   1 dan masalah apa saja yang terjadi pada persalinan kala 1.
REFERENSI
1.      Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP.
2.      Prawirohardjo, S. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
3.   Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya.
4.   2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

PENDAHULUAN
Persalinan  adalah  pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan dapat    hidup di luar kandungan melalui jalan lahir/melalui jalan lain dengan bantuan / tanpa bantuan (Sarwono, 2008). 
Persalinan Kala I adalah     :  Kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (Sumarah, 2009).
Persalinan Kala I adalah     :  Waktu untuk pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10 cm (APN, 2008).
Aspek-aspek yang terbukti mempengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman persalinan meliputi komunikasi dan pemberian informasi, penatalaksanaan nyeri, tempat melahirkan dan dukungan social dari keluarga atau paangan serta dukungan dari pemberi asuhan .pengontrolan dan penatalaksanaan nyeri persalinan adalah salah satu asfek asuhan yang dapat mempengaruhi persepsi kaum wanita terhadap kelahiran dan rasa kepuasan setelah melahirkan. Penelitian yang dilakukan moergan menunjukkan bahwa sejumlah wanita yang tidak memperoleh agens penghilang rasa nyeri dalam persalinan menunjukkan raa nyeri yang tinggi, sebaliknya wanita yang memperoleh pereda nyeri total menggunakan anatesi epidural menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih rendah.
Rasa nyeri yang dirasakan  tergantung padda banyak faktor psikososial, derajat kualitas nyeri yang dirasakan ditentukan oleh pengalaman sebelumnya dan seberapa baik pengalaman tersebut diingat. Persepsi nyeri juga tergantung pada pemahaman tentang penyebab rasa nyeri  dan kemampuan untuk memikul  konsekuensinya.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA 1
Persalinan kala 1 adalah pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam (manuaba, 2010, Hlm 173).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008, hlm.38), kala 1 persalinan terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif
1.      Fase Laten(fase laten dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan 4 cm dan tidak terlalu mulas)
·         Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
·         Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
·         Pada umumnya berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
2.      Fase aktif(dimulai dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap)
·         Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
·         Dari pembukaan 4 cm hingga mecapai pembukaan lengkap yakni 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara).
·         Terjadi penurunan bagian terbawa janin.
·         Fase Aktif dibagi atas 3 fase meliputi :
1. Fase Akselerasi                  :  Pembukaan 4 –8 cm.
2. Fase Dilaktasi maksimal    :  Pembukaan 8 – 9 cm.
3. Fase Deselerasi                  :  Pembukaan 9 – 10 cm.



A.      Perubahan fisiologis pada Persalinan
Sejumlah perubahan fisiologis ang normal akan terjadi selama persalinan,hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda,gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak persalinan kala I.
1.      Perubahan tekanan darah
Perubahan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg diantara konstraksi-konstraksi uterus,tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi konstraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,sehingga diperlukan pengukuran diantara konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang sangat takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sikulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu,ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.
2.      Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuhKegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,denyut nadi,pernapasan,kardiak output dan kehilangan cairan.
3.      Perubahan Suhu Badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 derjat C. Suhu badan yang naik sedikit merupakan hal yang wajar,namun keadaan ini berlangsung lama,keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban pecah atau belum,karena hal ini merupakan tanda infeksi.


4.      Denyut Jantung
Penurunan yang menyolok selama acme konstraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang normal,meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi


5.      Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.
6.      Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan,hal ini disebabkan oleh kardiak output yang meningkat serta glomelurus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama persalinan.Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,tetapi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar,keadaan ini lebih sering pada ibu primipara,anemia,persalinan lama atau pada kasus pre ekslamsia.
7.      Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan akan menyebaabkan konstipasi.
8.      Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progessif selama kala satu persalinan sebesar 5000s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap,hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama
9.      Konstraksi Uterus
Konstraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.
10.  Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif,terdapat banyak otot sorong dan memanjang.Sar terbentuk dari fundus sampai ishimus uteri Segmen Bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot yang tipis dan elastis,pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.


11.  Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR,dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan akan kelihatan pada persalinan obnormal,karena konstraksi uterus yang berlebihan,retraksi ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus
12.  Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.
13.  Pembukaan ostium oteri interna dan ostiun oteri exsterna
Pembukaan serviks disebabbkan karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja terjadi karena penarikan SAR akan tetapi karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan trejadi. Sedangkan pada multi gravida ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.
14.  Show
Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah,lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan,sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas.
15.  Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabbkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi caiaran yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi melindungi selaput amnion agar tidak terlepa seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekana ke uterus sehingga akan timbul generasi floud presur.


16.  Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,ditambah dengan konstraksi yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah,diikuti dengan proses kelahiran bayi.
B.      Perubahan Psikologis
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan,baik fisik maupun psikologis. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala satu
Beberapa keadan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai berikut:
a.      perasaan tidak enak
b.      takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c.       sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
d.      menganggap persalinan sebagai percobaan
e.      Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f.        Apakah bayinya normal apa tidak
g.      Apakah ia sanggup merawat bayinya
h.      Ibu merasa cemas
C.      Manajemen kala 1
Jika seorang ibu akan bersalin datang kepada keluarga maka, seorang bidan layaknya dapat menerima ibu dan keluarganya. Seringkali seorang petugas kesehatan terburu-baru dalam memberikan asuhan kepada wanita yang akan bersalalin. Hal ini akan mengakibatkan rasa takut dan kurang percaya dari pihak pasien dan keluarga terhadap bidan, terlebih bila dihadapkan dalam kondisi kegawatan Setelah menerima ibu dan keluarga dengan baik, bidan kemudian melakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan:
·         Apakah ibu sedang dalam persalinan
·         Ibu dan bayi dalam keadaan baik
·         Apakah ada komplikasi/penyulit


Langkah 1: Pengumpulan Data
• Riwayat Kesehatan
a.      Meninjau kartu antenatal untuk:
1.      Usia kehamilan
2.      Masalah/komplikasi dengan kehamilan yang sekarang
3.      Riwayat kehamilan yang terdahulu
b.      Menanyakan riwayat persalinan:
1.      Bagaimana perasaan ibu
2.      Berapa bulan kehamilan ibu sekarang?
3.      Kapan ibu mulai merasakan nyeri?
4.       Seberapa sering rasa nyeri terjadi? Dan berapa lama berlangsung?
5.      Seberapa kuat rasa nyeri tersebut?
6.        Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah?
7.       Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina?
8.       Apakah ibu melihat adanya aliran/semburan cairan?
9.      Jika ya,kapan?Bagaimana warnanya? erapa banyak?
10.   Apakah bayi bergerak?
11.   Kapan terakhir ibu buang air besar? Kencing?
12.    Persalinan terdahulu: berapa lama berlangsung? Berat badan bayi?
• Pemeriksaan Fisik & Bayi
a.      Melakukan pemeriksaan fisik
1.       Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
2.      Edema/pembengkakan pada muka, jari, tangan, kaki dan pretibia tungkai bawah
3.      Warna pucat pada mulut dan konjungtiva
4.       Refleks-refleks
5.      Abdomen: luka bekas operasi, TFU, gerakan janin, kontraksi, pemeriksaan leopold’s, penurunan kepala janin
6.       DJJ
7.       Genital luar: luka, cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban
8.      Genital dalam: penipisan cerviks, dilatasi, penurunan kepala janin, membran/selaput ketuban
Langkah 2: Menilai dan Membuat Diagnosa
Dari temuan pada data diatas maka bidan dapat mengambil keputusan apakah ibu sudah masuk kedalam persalinan sesungguhnya atau belum, jika sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya maka dalam kala berapa ibu sekarang
Asesmen pada persalinan sesungguhnya: Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup Bagaimana cara membedakan persalinan sesungguhnya dengan persalinan semu?

Langkah 3: Membuat Rencana Asuhan
 Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi agar dapat:
1.      Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan  dalam kemajuan yang normal
2.      Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
3.      Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran
4.      Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam menentukan asuhan
5.      Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinan dini
6.      Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien)
Asesmen yang wajib/harus dimasukkan dalam rencana tindakan:
a.      Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf
b.      Pemantauan terus-menerus TTV ibu
c.       Pemantauan terus menerus keadaan bayi
d.      Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu
e.      Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
f.        Menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman
g.      Menganjurkan keluarga memberi dukungan

Tabel brikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering
Parameter Frekuensi Pada fase Laten Frekuensi Pada fase Aktif
Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jamTemperatur / Suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit Perubahan cerviks Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam Penurunan bagian terendah janin Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam
D.     Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Kala 1
a.         Mengatur aktivitas dan posisi ibu
Pada ibu yang belum masuk dalam pembukaan lengkap, sambil menunggu pembukaan lengkap ibu masih dapat di perbolehkan melakukan aktivitas. Wanita harus mengambil posisi yang membuatnya merasa nyaman. Namun harus sesuai dengan kesanggupan ibu agar ibu tidak meras jenuh dan rasa cemas terhadap apa yang dihadapi ibu dalam menjelang proses persalinan dapat berkurang. Di dalam kala 1 ini ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Peran suami disini adalah membantu ibu untuk berganti posisi yang nyaman agar ibu merasa ada orang yang menemani disaat proses menjelang persalinan. Di sini ibu diperbolehkan melakukan aktivitas seperti berjalan, berdiri, jongkok, duduk, berbaring, mengayun, berlutut, posisi tangan dan lutut, lutut-dada, atau bahkan makan sekalipun. Pengaturan posisi ditempat tidur mencakup mengatur letak bantal, gulungan selimut atau handuk, atau mengatur strategi letak benda-benda ini untuk meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan menghilangkan titik-titik tekan, dan posisi berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkal mempersingkat waktu persalinan. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan di sarankan agar membantu ibu sesering mungkin untuk berganti posisi. Perlu diingat bahwa jangan menganjurkan ibu untuk posisi telentang, karena jika ibu berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban dan plasenta akan menekan vena cava inferior. Hal ini yang menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi ini akan menyebabkan hipoksia(kekurangan oksigen pada janin). Posisi telentang ini akan memperlambat proses persalinan.(enkin, et.al. 2002). Pengaturan posisi ini dapat dilakukan yang wanita anggap nyaman
b.         Membimbing ibu untuk rileks sewaktu his
His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-tanda persalinan yang mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoodinasi, dan simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis. Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu disarankan menarik napas panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk menahan napas sebentar, kemudian lepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his
Manfaat tehnik rileksasi :
1.   Mencegah otot-otot dari kelelahan khususnya otot besar pada rahim
2.   Menolong ibu mengatasi stres persalinan sehingga lebih menikmati
    Pengalamannya
Menolong menghemat energi
Berikut ini langkah menuju rileks :
1.      Memilih lingkungan yang tepat
Adalah memilih lingkungan bersalin yang benar-benar nyaman bagi ibu. Hingga kini, belum ada penelitian yang menyebutkan tempat bersalin yang aman adalah rumah sakit modern dengan pengawasan ahli. Justru bukti-bukti menunjukkan ibu dan bayi lebih sedikit mendapat intervensi dan secara fisik maupun psikologi lebih sehat ketika bersalin dilingkungan yang tidak terlalu canggih.
2.      Memahami tubuh
Setiap kali stress ketika hamil, coba amati tubuh yang beraksi apakah ibu mengerak gigi, sakit perut, leher dan bahu jadi tegang dan sakit, atau merengut ini semua dalam tanda, otot-otot dalam keadaan tegang sehingga tubuh sakit dan letih. Tarik nafas dalam-dalam, saat menghenbuskan, lemasakan otot sehingga kendur dan lunak, tidak kaku, latih tehnik ini secara teratur. Dengan demikian, otomatis ibu dapat mengidentifikasi ketegangan tubuh dengan segerah mengistirahatkannya saat bersalin. Ini juga berefek positif bagi tekanan darah.
3.      Komunikasi dengan jelas
Jika ibu tidak memiliki gambaran yang akan terjadi pada tubuh saat persalinan, tidak mengerti yang akan dilakukan petugas medis, atau percakapan mereka tidak melibatkan ibu, ibu akan sulit rileks. Oleh karena itu, jika ibu tidak yakin mengenai berbagai aspek dalam persalinan atau menyimpang kekhawatiran bahwa sesuatu akan menimpa ibu dan bayi, tanyakan hal itu pada petugas medis setelah itu mendengar dari segalanya baik-baik saja, biasaanya ibu segerah rileks ketika pendamping persalinan mengerti. Perannya yang terpenting adalah senantiasa membuat ibu cukup informasi.
Terdapat 3 jenis latihan relaksasi yang dapat membantu wanita bersalin:
·         Relaksasi progresif
Latihan ini dilakukan dengan cara sengaja, mengencangkan sekelompok otot tunggal (misalnya, tangan, lengan, tungkai, wajah) sekuat mungkin dan kemudian melepasnya sekendur mungkin. Otot otot dikencangkan secara berurutan dan progresif dari satu ujung badan tubuh kebagian tubuh yang lain. Latihan ini bertujuan untuk merelaksasi seluruh anggota tubuh, serta istirahat dan tidur.
·         Relaksasi terkendali
Latihan ini dilakukan dengan mengupayakan sekelompok otot berkontraksi sembari mempertahankan kelompok otot yang lain berelaksasi. Misalnya uterus berkontraksi dengan kuat dan diharapkan kelompok otot lain tidak ikut menjadi tegang sebagai respon terhadap kontraksi. Sebagai contoh:
·         Lengan kanan dikencangkan dan lengan kiri di relaksasikan(begitupun sebaliknya).
·         Tungkai kiri di kencangkan dan tungkai kanan di relaksasikan(begitupun sebaliknya).
·         Lengan kiri dan tungkai kanan dikencangkan dan lengan kanan dan tungkai kiri di relaksasikan(sebaliknya).
·         Mengambil dan mengeluarkan napas dalam setelah masing-masing kontraksi
Relaksasi ini dilakukan ketika seorang wanita berada pada persalinan aktif, jika ia belum mengetahuinya. Tekhnik relaksasi ini adalah mengambil napas dalam kemudian keluarkan dengan hembusan yang kuat. Relaksasi ini berfungsi sebagai meningkatkanrelaksasi dan membersihkan napas dengan menghilangkan kemungkinan hiperentilasi selama kontraksi.
3.      Menjaga kebersihan ibu
Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu unuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Di sini ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih atau jika ibu teras ingin buang air kecil. Selain itu tenaga kesehatan perlu memeriksa kandung kemih ibu pada saat memeriksa denyut jantung janin ( saat palpasi dilakukan) tepat diatas simpisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih ibu penuh atau tidak. Jika itu tidak dapat berkemih di kamar mandi, maka ibu dapat di berikan penampung urine ( kateter). Apabila terjadi kandung kemih kosong maka akan terjadi sebagai berikut:
1.      Memperlambat turunnya bagian terbawah janin, dan mungkin menyebabkan partus macet.
2.      Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3.      Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan atonia uteri.
4.      Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
5.      Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca melahirkn.
Disaat persalinan berlangsung, seorang bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin. Sebab kateterisasi ini hanya dilakukan pada kandung kemih yang penuh, dan ibu tidak dapat berkemih di kamar mandi atau secara mandiri. Kateterisasi ini akan menimbulkan rasa sakit, menimbulkan resiko infeksi dan perlukaan melalui kemih ibu.
4.      Pemberian cairan dan nutrisi
Sebagai bidan, kita harus memastikan ibu untuk mendapat asupan makanan ringn dan minum air selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengonsumsi cairan. Maka bidan menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu untuk minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan, karena makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi akan memperlambat kontraksi uterus dan membuat kontraksi tidak teratur.
Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kkl energy setiap jam. Dan jika tidak terpenuhi, maka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan. Jika glukosa tidak tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton. Cairan IV bukan pengganti yang adekuat untuk asupan oral ( cairan tersebut sering kali tidak adekuat dalam satuan kilokalori, 1 liter dekstrosa 5% dalam air).
5.      Kontak Fisik
Selama proses persalinan berlangsung, si ibu mungkin tidak banyak mengeluarkan kata-kata untuk berbicara, namun ia akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Petugas kesehatan seharusnya menganjurka kepada orang yang mendampingi ibu dalam persalinannya hendaknya memegang tangan ibu atau menggandengnya, menggosok punggungnya, menyeka wajahnya dengan spon atau mungkin hanya mendekapnya. Mereka yang menginginkan persalinan normal dapat melakukan stimulasi putting dan klitoris untuk mendorong pelepasan oksitoksin dari kelenjar pitiutary dan dengan demikian merangsang kontraksi uterus secara alamiah. Hal ini juga akan merangsang produksi endogenous opiates yang memberikan sedikit analgesia alamiah.

6.      Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan dapat dilakukan pijatan, untuk mengurangi rasa sakit pada abdominal. Yaitu dengan cara menggunakan kedua tangan dan uju      ng jari menyentuh daerah simpisis pubis, melintas diatas fundus uterus kemudian turun kekedua sisi perut.
7.      Persiapan Persalinan
8.      Ruangan dan lingkungan
Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindungi dari tiupan angin, sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan, air DTT untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum melakukan pemeriksaan dalam dan membersihkan perineum ibu setelah melahirkan.
Suhu kamar bersalin 21oc, kecukupan air bersih, clorine, ditergen, kain pembersih, kain pel, dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan. Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan menolong persalinan, pastikan kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan clorine. Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi yang diinginkan.
Penerangan yang cukup baik siang maupun malam hari, tempat tidur yang bersih untuk ibu, tutupi kasur dengan plastic, atau lembaran yang mudah dibersihkan jika terkontanisasi. Pesiapan perlengapan, bahan-bahan, dan obat-obatan yang diperlukan. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persakinan dan kelahir bayi.
E.         PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala suatu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. (Anonim. 2013 ) Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.( saifudin, abdul bari. 2002).     Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan ( depkes RI, 2004).




Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah :
1.      Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3.      Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik, dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Partograf dapat digunakan:
·         Untuk semua ibu dalam semua aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
·         Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dll).
·         Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalian kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Specialis Obstetri, Bidan, Perawat, Dokter Umum)
Mencatat Temuan Pada Partograf
a.      lnformasi Tentang Ibu     
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
b.       Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin)
·         Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda  gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160. untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
·         Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
o   U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
o   J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
o   M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
o   D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
o   K :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir
c.       Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambanglambang berikut ini:
0                    : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat 
  dipalpasi

1                    : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2                    :tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3                    : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
a.       Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besamya pembukaan serviks.
b.      Penurunan bagian terbawah janin
Setap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm. Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus
c.       Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).

Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

Jam dan waktu
1.       Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2.      Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).

Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi . Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
F.       MASALAH-MASALAH PADA PERSALINAN KALA I

1. Nyeri pinggang
Penanganan :
-          Penjelasan mengenai penyebab rasa nyeri
-          Massase pada daerah pinggang
-          Mandi atau diseka dengan air hangat
-          Menekan daerah lutut dengan posisi ibu duduk
2. Keletihan
Penanganan :
-          Berikan ibu asupan nutrisi yang cukup
-          Jelaskan pada ibu cara meneran yang efektif
-          Jelaskan pada ibu agar tidak mengejan terlalu dini
3. Fetal distres
Penanganan :
-          Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur
-          Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan tetesan 125 cc/jam
-          Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
-          Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
4. Infeksi
Penanganan :
-          Baringkan ibu miring ke kiri
-          Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS dengan tetesan 125cc/jam
-          Dampingi ibu ke tempat rujukan
5. Cemas
Penanganan :
-          KIE/jelaskan pada keluarga agar memberi dukungan pada ibu
-          Ajarkan pada ibu teknik relaksasi
(APN, 2008)
G.     Pendokumentasian kala 1
1.      Data subjektif (S)
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi klien mengena ikekawatiran dan keluhannya  di catat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosis .pada orang yang bisu, dibagian data belakang ‘’S” diberitanda “O” atau “X” yang menandakanklienbisu. Data subjektifmenguatkan diagnosis yang dibuat .sebagai contoh, berdasarkanhsil anamnesis, ibu mengatakan datang kebidan swasta, merasa hamil 9 bulan, menyatakan anak kedua tidakpernah keguguran, mengeluh mules diperut bagian bawah yang menjalar kepinggang, dan mengatakan cairan lender bercampur darah telahkeluar
2.      Data objektif (O)
Data objektif memberibukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. Data fsiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasillaboratorium, sinar –X, rekaman CTG,USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat termasuk dalam kategori data objektif. Hasil observasi oleh bidan dapat mejadi komponenberarti dari diagnosis yang akan di tegakan.
Sebagai contoh, hasil pemeriksaan didapatkan TFU 34 cm , letak janin memanjang, punggung kanan, letak  kepala, DJJ 124x/menit , TD 120/80 mmHg, pembukaan 4 cm , ketuban positif , molase negative , UUK kanandepan , penurunan kepala 3/5
3.      Analisa/assessment (A)
Masalah atau diagnosis yang ditegakan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan.Contoh analisisa dalah sebagai berikut
a.      Diagnosis G2 p1 Ao, aterm, in partukala 1 faseaktif, janintunggalhidup, intrauterine,pu-ka, letakkepala, U,3/5
b.      Masalahpotensial : tidakada
c.       Antisipasimasalahpotensial : tidakada
d.      Kebutuhantindakansegera : tidakada
4.      Perencanaan/ planning (P)
                  Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, untuk mengusahakan pencapaian kondisi klien yang sebaik mungkin atau menjaga atau mempertahankan kesejahteraan klien. Proses tersebut melputi criteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu dan tindakan yang diambil harus membantu klien mencapai kemajuan dalam kesehatan sertaharus mendukung rencana dokter dan kolaborasi
                        Contoh
a.      Memnuhi kebutuhan nutrisi
b.      Memantau kondisi ibu dan janin
c.       Memantau persalinan dengan patograf
d.      Memantau asupan (intake) keluaran (output)
e.      Memberi dukungan moral pada ibu
f.        Menciptakan rasa aman dan nyaman
































EVALUASI
1.      Persalinan disebut juga dengan....
a.  Proses pengeluaran plasenta sampai 2 jam persalinan.
b.Proses pembukaan 1-10 cm.
c. Proses pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
d. Proses yang terjadi setelah 2 jam persalinan
2.      Tujuan memberikan asuhan persalinan salah satunya untuk mengetahui kemajuan persalinan. Keadaan manakah yang menunjukkan bidan sedang mengetahui kemajuan persalinan…
A.    Bidan melakukan observasi persalinan dengan lembar partograf.
B.     Bidan menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
C.     Bidan melakukan pemeriksaa

3.      Proses pengeluaran bayi disertai plasenta dan selaput ketuban disebut dengan?
a.         Kehamilan
b.         Persalinan
c.          Keguguran
d.         Kuretase 
4.      Diketahui seorang ibu inpartu hamil anak pertama, mengeluh mengeluarkan lendir bercampur darah dari kemaluannya. Saat dilakukan pemeriksaan VT oleh bidan, mulai saat pasien datang mengalami pembukaan satu dipantau sampai ibu mengalami pembukaan lengkap. Berdasarkan teori, hal tersebut merupakan...
a.         Tahapan persalinan pada kala 1
b.         Tahapan persalinan pada kala 2
c.            Tahapan persalinan pada kala 3
d.         Tahapan persalinan pada kala 4
5.      Perubahan secara fisik pada kala I persalinan disebut juga…
a.          perubahan fisiologis
b.         perubahan psikologis
c.          semua jawaban salah
d.         semua jawaban benar