Lupa dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang wajar, karena sumber
perhatian begitu banyak. Hal ini tidak ada kaitannya dengan kondisi
kesehatan saraf. Tetapi, ketika semua faktor pemecah atensi itu sudah
dikesampingkan dan seseorang masih lupa juga, dan lupanya bersifat
kronis, menurut dr. Muhammad Radhian Arief, Sp.BS, spesialis bedah saraf dari RSCM, Jakarta, berarti ada sesuatu yang salah.
Pusat
memori ada di otak, namanya sistem limbik. Fungsinya, menghasilkan
perasaan, mengatur produksi hormon, rasa haus, rasa lapar, dorongan
seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga pusat memori. “Karena otak
kita merupakan jejaring yang sangat kompleks, kabel saraf itu juga
berhubungan ke daerah lain, seperti jaringan yang terkait dengan fungsi
kognitif dan komunikasi. Kalau kedua hal itu ikut terganggu, maka harus
curiga ada sesuatu yang terjadi di pusat lupa itu, ibaratnya kabel yang
rusak, ada fungsinya yang tidak jalan,” jelas dokter yang akrab disapa
dr. Andra.
Kapan pikun itu bisa disebut parah? Ketika menjadi
gejala patologis, yang biasanya disertai dengan gejala lain. “Saking
parahnya, seseorang itu bahkan menemukan kesulitan untuk melakukan
aktivitas hariannya, seperti, makan, berpakaian, mandi, dan sebagainya.
Kondisinya jauh lebih berat daripada yang kita pikirkan,” tutur dr.
Andra.
Lupa yang patologis itu disebut juga dengan sindrom dementia.
Sindrom ini tidak hanya menimpa orang tua, tetapi juga bisa kalangan
orang muda. Menurut dr. Andra, sebenarnya dementia bukan penyakit, tapi
kumpulan gejala yang terjadi karena kerusakan otak, yang bisa disebabkan
oleh berbagai hal. Gejala lainnya, selain lupa, yakni, intelektual
turun, sulit berkomunikasi, dan lupanya bersifat progresif.
Di luar negeri, kejadian dementia yang tertinggi adalah disebabkan oleh Alzheimer. Jumlahnya di atas 50 persen. Namun tidak demikian dengan di Indonesia. Menurut dr. Andra, penyebab selain Alzheimer,
yakni penyakit-penyakit berbahaya yang menyebabkan kerusakan otak, di
Indonesia jumlahnya cukup tinggi. Beberapa penyakit itu, antara lain,
tumor otak, infeksi pada otak, trauma kepala (akibat benturan atau
kecelakaan), TBC, dan stroke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar